Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Luhut Binsar Pandjaitan saat meninjau Sungai Ciliwung. (dok. Humas Kemenko Marves)
Luhut Binsar Pandjaitan saat meninjau Sungai Ciliwung. (dok. Humas Kemenko Marves)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator bidang kemaritiman dan investasi, Luhut Pandjaitan meminta warga yang berusia lanjut dan belum divaksinasi, agar diam di rumah selama dua minggu hingga satu bulan ke depan. Sebab, diprediksi kasus COVID-19 bakal terus meroket hingga Maret 2022.

Berdasarkan data dari Satgas Penanganan COVID-19, kasus harian per 6 Februari 2022, tercatat mencapai 36.057. Sedangkan, angka kematian harian ikut naik menjadi 57. 

"Jadi, untuk teman-teman yang usianya 60 tahun ke atas dan belum divaksinasi, punya komorbid, maka saya sarankan jangan ke luar dari rumah. Karena data orang yang meninggal, yang kami peroleh, umumnya adalah orang yang belum divaksinasi dua kali, kemudian berusia 60 tahun ke atas dan komorbid," ujar Luhut ketika berbicara secara virtual di acara Harlah ke-96 Nahdlatul Ulama (NU) di Nusa Tenggara Timur pada Minggu, 6 Februari 2022. 

Oleh sebab itu, Luhut meminta kepada semua warga NU agar mematuhi untuk vaksinasi dua dosis. Sejauh ini, data jumlah orang Indonesia yang telah menerima vaksin dua dosis mencapai 131.080.731. Sementara, target pemerintah semula untuk mencapai kekebalan kelompok yakni 208.265.720. 

Apakah pemerintah siap menghadapi gelombang ketiga COVID-19 ini?

1. Luhut sebut perawatan pasien Omicron berlangsung cepat

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan diminta Presiden Jokowi untuk fokus menangani kasus Covid-19 di sembilan provinsi yang berkontribusi besar terhadap total kasus nasional (ANTARA/HO-Kemenko Kemaritiman dan Investasi)

Luhut menyadari, kasus harian COVID-19 bakal terus naik lantaran Omicron terus meluas. Bahkan, mantan Kepala Staf Presiden (KSP) itu turut menyebut ketika mencapai puncak, maka kasus harian COVID-19 diperkirakan tiga kali lebih tinggi dibandingkan kasus Delta. Bila puncak kasus harian varian Delta ada di angka 57 ribu, maka kasus Omicron diperkirakan bisa menembus angka 171 ribu. 

"Jadi, Omicron ini akan naik. Tapi, tidak perlu panik, karena data-data yang ada menunjukkan perawatan berlangsung cepat," ungkap Luhut. 

Di sisi lain, pria yang juga menjabat sebagai Koordinator Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat (PPKM) wilayah Jawa-Bali itu juga meminta agar tidak meremehkan Omicron, meski gejala yang ditimbulkan lebih ringan dibandingkan Delta. "Karena biar bagaimana pun, virus ini tetap bisa merusak tubuh kita," tutur dia lagi. 

2. DKI Jakarta batasi jumlah siswa yang hadir dalam pembelajaran tatap muka

Ilustrasi siswa SMPN dan orang tuanya (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Selain lansia, Omicron juga banyak menyerang anak-anak. Maka, Presiden Joko "Jokowi" Widodo telah memberikan instruksi agar pembelajaran tatap muka (PTM) di tiga provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten dievaluasi. 

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengaku sudah meminta izin kepada Luhut agar siswa kembali ke metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), namun ditolak. Alhasil, keputusan yang diambil yakni dengan memberlakukan pembatasan jumlah siswa di dalam kelas yakni 50 persen dari kapasitas semula. 

Hal itu sudah dimulai sejak 4 Februari 2022 lalu. Sesuai ketentuan yang ada, durasi siswa di dalam kelas untuk belajar pun dibatasi maksimal empat jam. 

Kementerian Kesehatan mengatakan kepada IDN Times, jumlah anak yang terinfeksi Omicron mencapai 14 persen dari akumulasi kasus Omicron di Tanah Air. 

3. Warga tetap banyak yang memilih dirawat di rumah sakit

ilustrasi tenaga nakes memeriksa pasien (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Pemerintah telah mengimbau bila terinfeksi COVID-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala, maka sebaiknya menjalani isolasi mandiri saja. Namun, warga tetap memilih untuk dirawat di rumah sakit. 

Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), dr Koesmedi Priharto. Hal itu lantaran, warga masih trauma ketika melewati tragedi tingginya angka kematian saat varian Delta merajalela. Ketika itu, banyak warga yang meninggal ketika melakukan isoman di rumah. 

"Kita tahu warga masih trauma atas insiden bulan Juni dan Juli 2022 lalu. Trauma itu sangat berat dan masih sulit dilupakan. Ketika itu kan banyak warga yang melakukan isolasi mandiri, tapi gagal," ungkap Koesmedi ketika berbicara dalam diskusi virtual yang dikutip dari YouTube, pada 30 Januari 2022. 

Gagalnya warga melakukan isoman, kata dia, disebabkan banyak faktor. Mulai dari tempat di rumah yang tidak memadai untuk dilakukan isoman hingga ada banyak anggota keluarga di rumah. Di antara mereka ada yang mengidap komorbid hingga berusia lansia.

Alhasil, mayoritas warga saat ini memilih membawa anggota keluarga yang positif COVID-19 ke rumah sakit. Namun, Koesmedi mengingatkan masyarakat biaya rumah sakit bagi pasien COVID-19 yang saat ini ditanggung pemerintah adalah mereka yang mengalami gejala sedang, berat hingga ke kritis.

"Bila mengalami gejala ringan atau tidak menunjukkan gejala sama sekali, maka disarankan untuk isoman di rumah. Tapi, kalo mereka tetap ingin dirawat, maka wajib menyertakan informed consent secara tertulis. Di sana tertulis, bahwa biaya ditanggung oleh masing-masing individu," katanya. 

Koesmedi telah mengimbau seluruh pimpinan rumah sakit yang menjadi anggota Persi agar menyampaikan informasi tersebut kepada warga. Ia tak mau terjadi persepsi yang berbeda di masyarakat sehingga tercipta pola pikir bahwa pemerintah tak bersedia memfasilitasi.

Editorial Team