Jakarta, IDN Times - Kasus COVID-19 varian Omicron diprediksi akan terus melonjak di Tanah Air. Bahkan, Kementerian Kesehatan memprediksi lonjakan bakal terjadi pada awal Februari 2022.
Direktur Pencegahan Penyakit Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, skenario terburuk kasus harian bisa menembus 60 ribu. "Dalam 3-4 minggu ke depan akan mencapai puncaknya (varian Omicron). (Kasus harian) sekitar 40-60 ribu kasus," ujar Nadia kepada media pada 12 Januari 2022 lalu.
Bila skenario terburuk itu yang terjadi, maka pemerintah kembali mengandalkan strategi lama. Mereka akan memprioritaskan fasilitas kesehatan bagi pasien COVID-19 dengan gejala sedang hingga berat. Bagi pasien tanpa gejala atau gejala ringan diminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Sebab, bila semua pasien Omicron dirawat, maka hal tersebut akan membebani tenaga kesehatan.
"Ke depan bila kasus Omicron terus bertambah, kemungkinan isolasi yang diterapkan adalah isolasi mandiri tetapi akan dilakukan pengawasan yang ketat dari puskesmas maupun pusat layanan kesehatan setempat," ujar Nadia ketika mengisi webinar secara virtual mengenai cara menghadapi pandemik COVID-19, Minggu (16/1/2022).
Untuk membantu pasien Omicron yang tengah menjalani isoman di rumah bisa cepat pulih, maka pemerintah kembali menggencarkan layanan telemedicine. Cara ini berbeda bila dibandingkan dengan strategi yang diterapkan sekarang. Pemerintah akan meminta pasien Omicron untuk menjalani perawatan secara terpusat di RSDC Wisma Atlet atau RSPI Sulianti Saroso.
Nadia juga menyebut, mayoritas pasien yang terinfeksi Omicron tak menunjukkan gejala atau bahkan gejalannya ringan. Tetapi, varian ini tetap harus diwaspadai lantaran lebih menular dibandingkan galur Delta.
"Gejala Omicron mayoritas adalah batuk, pilek, yang akan hilang dengan sendirinya," tutur dia lagi.
Lalu, berapa jumlah kasus varian Omicron yang berhasil dideteksi oleh Kemenkes sejauh ini?