Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin menuju tempat peletakan batu pertama proyek pembangunan Menara MUI (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Meski demikian, Ma'ruf sendiri bukan sosok yang bebas terpaan isu. Ketika menjabat Ketua MUI, ia kerap dikritik karena sejumlah fatwa yang dikeluarkan lembaganya. Direktur Amnesty Internasional Usman Hamid menyebut fatwa-fatwa MUI memengaruhi lahirnya sikap intoleran di kalangan umat Islam.
Dalam kasus pelarangan dan penutupan rumah ibadah, Usman mencontohkan, pelakunya merujuk tindakan itu pada fatwa MUI. "Seluruh serangan-serangan intoleran yang terjadi selama ini, tidak lepas dari otoritas keagamaan, seperti Fatwa MUI sebagai rujukan," kata Usman yang juga hadir di acara Mata Najwa.
Namun, Ma'ruf membantah fatwa MUI cenderung intoleran. Kasus-kasus kekerasan yang timbul, misalnya dalam bentuk tindak radikalisme atau terorisme, disebut Ma'ruf sebagai bentuk kesalahan dalam memahami Fatwa MUI.
"Sebenarnya tidak ada yang mengarah pada intoleran. Ada kemungkinan (terkait fatwa), pertama itu lebih pada menjaga umat. Fatwa itu memberi keputusan hukum.. Fatwa itu sebagai suatu bimbingan, kalau dianggap perintah untuk melakukan eksekusi, itu tidak benar," papar Ma'ruf.
Ia lalu memberi contoh tentang kasus Ahmadiyah yang diberi fatwa terlarang karena sesat. "Itu bukan fatwa MUI saja tapi juga berbagai majelis fatwa di dunia, karena ini sebagai aliran sesat, maka kita minta ke pemerintah tolong dicegah," papar Maruf.