Jakarta, IDN Times - Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono, mengaku sudah mendengar rencana Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk mengirim jenderal militer ke Myanmar. Langkah itu ditempuh agar jenderal dengan pangkat tinggi tersebut bisa membuka dialog bersama pemimpin junta militer di Myanmar.
Namun, Yudo menyebut isu tersebut tidak disinggung dalam rapat TNI-Polri yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta Pusat pada 8 Februari 2023 lalu. Yudo menegaskan TNI bakal menyiapkan jenderal yang dianggap memiliki kemampuan diplomasi mumpuni sebagai opsi dan disampaikan ke Jokowi.
"Tentunya kami siapkan jenderal yang mampu untuk diplomasi maupun berbicara di sana, ikut membantu mengatasi itu," ungkap Yudo usai memimpin rapat dengan pimpinan TNI di Jakarta dan dikutip pada Sabtu, (11/2/2023).
Dia menyatakan pihaknya masih berkoordinasi dengan Pusat Kerjasama Internasional (Puskersin) TNI.
"Yang diminta apa, (jenderal) sudah purnawirawan ada, masih aktif juga tersedia. Tapi, lebih bagus tentu yang masif aktif," kata dia.
Rencana itu disampaikan Jokowi ketika diwawancarai oleh kantor berita Reuters pada 1 Februari 2023 lalu. Dia mengatakan dengan mengirimkan jenderal ke Myanmar, bisa dibuka dialog dan disampaikan pengalaman Indonesia menuju negara demokrasi.
"Ini masalah pendekatan. Kami memiliki pengalaman di Indonesia, situasinya mirip. Maka, pengalaman ini bisa diceritakan lagi bagaimana Indonesia memulai sepenuhnya jadi negara demokrasi," ujar Jokowi dalam wawancara itu.
Indonesia pernah dipimpin oleh presiden bertangan besi dan memiliki latar belakang militer selama 32 tahun. Era baru dimulai ketika Soeharto memutuskan mundur pada 1998 lalu usai didemo besar-besaran oleh masyarakat.
Lalu, siapa kira-kira sosok jenderal TNI yang pas untuk diajukan sebagai utusan khusus pemerintah dan berbicara dengan junta Myanmar?