Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
(Dokumentasi Puspen TNI)
Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto (kiri) ketika berada di Gedung Serasan Sesko TNI Bandung (Dokumentasi Puspen TNI)

Intinya sih...

  • Panglima TNI mewanti-wanti prajurit tentang kemungkinan perang yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja

  • Panglima TNI menyerukan pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, serta meminta prajurit dapat menembak tepat sasaran dengan 1.000 butir

  • Para calon perwira TNI mendapatkan pendidikan mengenai isu-isu global, geopolitik, geostrategis, serta kajian wilayah selama empat bulan

Jakarta, IDN Times - Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto mewanti-wanti para prajurit TNI mengenai dinamika global yang penuh ketidakpastian. Sehingga, perang bisa pecah kapan saja dan terjadi di negara manapun.

"Ini juga bisa terjadi di negara kita. Ini sekaligus menepis pandangan bahwa pertahanan negara bukan hal yang prioritas. Justru sebaliknya kami harus siap perang karena kita ingin damai," ujar Agus dalam upacara khidmat di Gedung Serasan Sesko TNI, Bandung, dikutip Minggu (29/6/2025).

Oleh sebab itu, Agus menyerukan pentingnya kesadaran kolektif seluruh elemen bangsa dalam menjaga kedaulatan negara.

"Seluruh elemen masyarakat, kementerian dan lembaga sadar dalam situasi global yang tidak menentu, kita harus siap berperang untuk mempertahankan kedaulatan," tutur dia.

Kegiatan di Gedung Sesko TNI itu menandai penutupan Pendidikan Reguler (Dikreg) LII Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI tahun anggaran 2025. Ada 212 perwira menengah dari TNI, Polri, dan angkatan bersenjata negara sahabat.

1. Panglima TNI minta prajurit bisa menembak tepat sasaran dengan 1.000 butir

Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto (kanan) ketika berada di Gedung Serasan Sesko TNI Bandung (Dokumentasi Puspen TNI)

Jenderal Agus meminta seluruh anggota TNI dapat memahami perubahan yang terjadi termasuk perang yang terjadi.

"Kita harus siap dengan menerima tiap perubahan. Para perwira harus menjadi perwira yang siap menerima perubahan," ujarnya.

Ia menyebut para anggota dan perwira TNI harus mengubah pola pikir dan pola tindak termasuk doktrin di tengah peperangan yang terjadi saat ini.

Agus melanjutkan visi misi prima TNI, yaitu bagaimana personel menjadi anggota yang profesional, responsif, integratif, modern dan adaptif. Ia mengaku membenahi ke internal TNI terlebih dahulu termasuk meningkatkan kesejahteraan lebih baik. 

"Sekarang ada kebijakan dari saya bahwa setiap pendidikan harus bisa menembak 1.000 butir peluru," kata jenderal bintang empat itu.


2. Para calon perwira TNI rutin membahas isu-isu global

Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto (pojok kanan) di Gedung Serasan Sesko TNI Bandung. (Dokumentasi Puspen TNI)

Sementara, Komandan Sesko TNI Marsekal Madya TNI Arif Widianto mengatakan, selama menjalani pendidikan, para perwira siswa (pasis) mendapatkan materi tentang geopolitik dan geostrategis serta kajian wilayah, termasuk isu-isu kekinian yang berkembang. 

"Mereka selama empat bulan dalam satu pekan tiga kali diskusi terkait masalah hot issue terkait geopolitik maupun geostrategis sebagai contoh muncul isu perang dagang Indonesia mereka langsung melaksanakan diskusi pada kelompok kecil. Mereka membuat ringkasan atau executive summary," ujar Arif.

Itu termasuk ketika terjadi perang Pakistan-India dan Iran-Israel. Diharapkan para lulusan pendidikan reguler tersebut tidak tertinggal dengan isu-isu yang berkembang.

Dalam pendidikan reguler ke 53 Sesko TNI, ia menyebut terdapat 212 pasis terdiri dari 78 orang angkatan darat, 55 angkatan laut, 45 orang angkatan udara, pasis dari kepolisian 26 orang dan luar negeri 8 orang dari Malaysia, Singapura, Australia, Thailand, Singapura dan India. 

Ia menyebut pendidikan yang seharusnya digelar 10 bulan saat ini dimajukan menjadi empat bulan, dan Agustus nanti akan kembali dibuka pendidikan reguler. 

"Di dalam pelaksanaannya angkatan luar berjalan lancar, dan mereka mampu mencapai pada nilai-nilai sesuai dengan yang kita harapkan," kata dia. 

3. Komisi I DPR dorong TNI dan Kemhan untuk menambah ahli radar

Ketua Komisi 1 DPR RI Utut Adianto menegaskan akan panggil Menlu Sugiono soal peran AS dalam eskalasi di Timur Tengah (IDN Times/Amir Faisol)

Sementara, Ketua Komisi I DPR, Utut Adianto turut memantau serangan militer antara Iran dan Israel. Ia menilai kemajuan teknologi alutsista saat ini sudah sangat maju, sehingga butuh prajurit profesional untuk bisa mengimbangi dan mengantisipasi hal tersebut.

Apalagi ketika Amerika Serikat (AS) ikut campur dalam konflik Iran-Israel, mereka mengerahkan pesawat siluman B-2 Stealth Bomber. Pesawat itu dijuluki siluman karena tidak bisa terdeteksi oleh radar. Maka, ia mendorong TNI untuk menambah ahli di bidang teknologi radar.

"Jadi dia punya material. Jadi kita harus perbanyak ahli metalurgi, ahli ilmu IT, hingga ahli radar. Kalau enggak (ditambah) sudah lah. Ini kalau itu datang kepada kita, apa enggak kalian ikut gepeng (terkena serangan). Kalian jadi abu," ujar Utut di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK).

Di sisi lain, politikus PDIP itu mendorong semua pihak bergerak untuk menghentikan perang ini. Bila kondisi ini dibiarkan bukan tidak mungkin, situasi akan semakin berbahaya bagi banyak pihak.

"Saya dari pertama sudah feeling ini bahaya. Kalau bisa lebih dari dua minggu could be very dangerous," imbuhnya.

Editorial Team