Jakarta, IDN Times - Co-founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, pemilihan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Panglima TNI akan terkesan dipaksakan. Sebab, masa pensiun Andika sudah dekat yakni November 2022. Bila ia yang kemudian dipilih oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo, maka masa aktifnya hanya tersisa sekitar satu tahun.
Bursa pemilihan Panglima TNI untuk menggantikan Hadi Tjahjanto sudah mulai ramai sejak akhir Mei lalu. Meskipun Hadi memasuki masa pensiun pada November 2021.
"Dari sisi organisasi, masa yang singkat jelas akan mengurangi efektivitas kepemimpinan dan pengelolaan organisasi," ungkap Fahmi ketika dihubungi IDN Times, Selasa (15/6/2021).
Ia mengakui, pemilihan pengganti Hadi menjadi hak prerogatif Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Namun, pemeriksaan latar belakang juga perlu dilakukan.
Dari tiga matra, dua nama paling mencuat yakni Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa. Sejumlah anggota di parlemen pun sudah secara terang-terangan memberikan dukungan bagi Andika. Bahkan, mertua Andika yakni AM Hendropriyono juga disebut-sebut sudah melobi Istana agar Andika dipilih jadi Panglima TNI.
Namun, dalam pandangan Fahmi, lobi-lobi yang kuat dari Hendro bisa merugikan Andika sendiri. Mengapa?