Budi Gunadi Sadikin (Dok. IDN Times/Biro Pers Kepresidenan)
Pandemik COVID-19 masih jauh dari kata terkendali. Meskipun periode vaksinasi massal sudah dimulai sejak 13 Januari 2021 lalu.
Sebagai contoh angka positivity rate di Indonesia tergolong sangat tinggi. Dikutip dari data Satgas Penanganan COVID-19, pada Selasa, 16 Februari 2021, angkanya menembus 38,34 persen. Ini merupakan rekor positivity rate kasus harian tertinggi sepanjang setahun pandemik.
Hal itu terjadi usai warga menjalani libur panjang Imlek. Positivity rate didapatkan dari jumlah kasus harian COVID-19 dibagi dengan jumlah pemeriksaan harian dan dikalikan 100.
Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS), hal itu terjadi bukan karena terjadi kenaikan kasus harian yang signifikan. Salah satu hipotesa BGS lantaran banyak data dari hasil tes swab PCR bila diperoleh negatif tidak langsung dikirim ke sistem di pusat. Ia mengatakan hal itu bisa terjadi, karena jumlah data yang terlalu banyak.
"Lalu user interface memasukkan ke sistem aplikasi kita masih rumit. Maka itu mengakibatkan banyak laboratorium yang memasukkan data hasil pemeriksaan yang positif dulu," ungkap Budi ketika memberikan keterangan pers pada siang tadi.
Sementara, hipotesa kedua, ada kemungkinan jumlah tes COVID-19 masih kurang. Sedangkan, jumlah kasus positif COVID-19 di masyarakat sebenarnya masih banyak. Untuk memastikan hal itu, Kemenkes akan meningkatkan tes rapid antigen.
"Agar kita bisa lebih cepat dan lebih banyak mendeteksi kasus positif," kata mantan Wakil Menteri BUMN itu.