IDN Times/Margith Juita Damanik
Terkait berbagai bencana yang terjadi di sejumlah daerah, ujar Idrus, Kementerian Sosial sudah memiliki prosedur tetap (protap), baik untuk penanganan bencana sosial, alam, dan non alam.
"Pada tahap pertama, yakni masa tanggap darurat, sudah ada protapnya. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, terhadap warga yang terkena dampak dari bencana, agar Mensos memastikan korban bisa makan, dan yang sakit diobati. Kita juga mendirikan tenda, dapur umum, mobil dapur umum," kata Idrus.
Kemudian pada tahap pemulihan, Kemensos menyiapkan pendamping sosial bagi masyarakat. Karena bencana biasanya meninggalkan trauma bagi korban, maka perlu pendamping agar korban bisa melewati masa trauma.
Kemensos juga memiliki program kampung siaga bencana (KSB) atau banjar siaga bencana di Bali. Program ini bertujuan menyiapkan kesiagaan masyarakat di kawasan rawan bencana, sehingga bisa meminimalisasi dampak buruk bencana.
"Untuk Gunung Agung kami gerakkan banjar-banjar sebagai tempat konsentrasi pengungsi yang menjadi titik sentral pemberian bantuan. Terkait musibah kapal karam di Selayar, Ada 36 orang yang meninggal, keluarganya masing-masing kita berikan Rp15 juta. Ini semua sudah kami selesaikan," kata Idrus.
Idrus juga menyatakan baru pulang dari Danau Toba, Sumatera Utara, untuk menyalurkan bantuan bagi korban tenggelamnya KM Sinar Bangun.
"Ini korbannya luar biasa. Dari 204 penumpang, yang selamat 19 orang, yang tidak ditemukan 167 orang. Ini semua diberikan bantuan masing-masing Rp15 juta," kata Mensos.
Di Tanah Karo, Mensos menyalurkan bantuan kepada korban erupsi Gunung Sinabung, yakni berupa bantuan relokasi tahap ketiga dengan bantuan sebesar Rp6,9 miliar.
"Semua ini tidak lepas dari arahan Presiden Jokowi bahwa bencana harus tuntas ditangani. Negara harus hadir. Representasi negara adalah pemerintah, dan pastikan semua anak bangsa yang terdampak harus diurus semua," kata Mensos.
Baca juga: Kemensos Serahkan Bantuan Korban KM Sinar Bangun Rp3 Miliar