Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung (tengah) meninjau maket rencana pembangunan RS Royal Batavia Cakung. (jakarta.go.id/pusatmedia)
Pembangunan RS Royal Batavia Cakung dimulai dengan berbagai tahapan, dari pembuatan feasibility study, penyusunan dokumen perencanaan dan kajian terhadap layanan unggulan, serta percepatan proses persiapan pembangunan di 2025 dan ditargetkan rampung pada 2027.
Gubernur Pramono berharap, proses pembangunan RS Royal Batavia Cakung selesai tepat waktu dan sesuai dengan target yang ditetapkan.
"Diharapkan selesai (pembangunan RS) paling lama akhir tahun 2027. RS ini akan bertaraf internasional dan baru pertama kali rumah sakit daerah yang dibangun di Jakarta namanya tidak menggunakan istilah RSUD. Ini juga merupakan RS ke-32 yang dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta. Biaya pembangunan ini akan memakan biaya APBD secara year on year," jelasnya.
Sebagai informasi, makna dari penamaan RS Royal Batavia Cakung, yaitu “Royal” merujuk pada keagungan, elegan, terpercaya, dan kehormatan. Sedangkan, “Batavia” merujuk pada nama Kota Jakarta yang digunakan pada 1621-1942. Dalam konteks layanan kesehatan, nama itu dapat dimaknai layanan kesehatan berkualitas dan penuh penghormatan pada martabat pasien di Jakarta.
Rumah sakit ini dibangun sebagai bagian dari pengembangan Kawasan Superblock Cakung Barat dengan konsep one stop living yang mengintegrasikan hunian, fasilitas olahraga, masjid raya, plaza modern, serta rumah sakit bertaraf internasional.
Menurut Ani, RS Royal Batavia Cakung akan memiliki standar green building dari berbagai aspek, seperti pengolahan, tapak bangunan, energi, hingga standar material.
“Mengusung konsep Zero Runoff (nol limpasan) untuk memaksimalkan resapan air hujan. RS didesain menjadi smart building dengan sistem mechanical, electrical and plumbing yang terintegrasi,” pungkasnya.
Mendengar kabar dibangunnya RS Royal Batavia Cakung, beberapa warga memberikan respon positif. Zainal (45) misalnya, ia mengungkapkan dirinya bangga jika ada rumah sakit daerah berstandar internasional.
“Menurut saya ini langkah maju buat Jakarta. Rumah sakitnya gak cuma modern, tapi juga tetap bawa budaya Betawi. Jadi ada kebanggaan tersendiri buat warga,” katanya.
Lalu, Winarti (37) mengaku makin percaya diri mengunjungi rumah sakit daerah karena pelayanan yang semakin baik. “Punya rumah sakit sekelas ini bikin warga Jakarta jadi lebih percaya diri. Kalau butuh layanan kesehatan serius, sudah ada fasilitas yang memadai di kota sendiri,” katanya. (WEB)