Jakarta, IDN Times - Peneliti senior Indikator Politik Indonesia (IPI), Rizka Halida menilai pertemuan antara Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Minggu kemarin baru sebatas penjajakan. Dia memprediksi belum ada pembahasan soal pembentukan koalisi dalam pertemuan di Hutan Plataran itu.
"Jadi, saya menduga isi pembicaraannya adalah bargaining apa yang bisa ditawarkan oleh masing-masing pihak," ungkap Rizka ketika dihubungi IDN Times melalui telepon pada Selasa (20/6/2023).
Ia pun menambahkan posisi PDIP justru tidak semakin diuntungkan seandainya Anies Baswedan tersisih dari posisi bakal capres. Sebab, menurut hasil survei terakhir dari Indikator Politik Indonesia (IPI) yang disampaikan 4 Juni 2023 lalu, tingkat elektabilitas Gubernur Jawa Tengah itu masih lebih rendah dibandingkan Prabowo Subianto.
"Kalau seandainya Anies gak jadi maju. Artinya, kan hanya tersisa dua pasang Prabowo dan Ganjar. Sementara, berdasarkan survei IPI 4 Juni lalu, elektabilitas Ganjar masih di bawah Prabowo," tutur dia.
"Artinya, kalau Anies tidak ada sekalipun tidak serta merta hal tersebut menguntungkan Ganjar," katanya lagi.
Maka, menurut analisa Rizka belum tentu seandainya Anies berhasil dijegal dari proses pencapresan 2024 langsung menguntungkan bagi Ganjar. "Apakah kalau Anies gak jadi maju jadi capres lalu (tingkat elektabilitas) Ganjar langsung naik, kan kenyataannya tidak begitu," katanya.
Ia pun mengaku tidak yakin PDIP benar-benar mempertimbangkan AHY sebagai bakal cawapres untuk mendampingi Ganjar. Menurut Rizka, PDIP memanfaatkan kelemahan Demokrat yang begitu menginginkan kursi bakal cawapres.
Di sisi lain, ada pesan khusus yang coba disampaikan oleh Demokrat ke Koalisi Anies dengan menerima tawaran pertemuan bersama Puan. Apa pesan khusus tersebut?