Pengungsi Syiah, 6 Tahun Menggantung Asa

Ibnu Ghoir (60) masih ingat betul kejadian di tanggal 26 Agustus 2012 lalu. Tak jelas siapa yang mengomando, ratusan orang tak dikenal menyerang rumah milik warga Syiah, termasuk miliknya.
Suasana saat itu, kata dia, begitu mencekam. Terjadi pelemparan batu, pembakaran, hingga perkelahian. "Katanya Islam, tapi kelakukannya terhadap sesama saudara masak kayak gitu?" kata Ibnu, kepada IDN Times, Rabu, (27/6).
Kejadian yang terjadi membuat kampung halamannya di Desa Karang Gayam dan Blu’uran, Sampang rata dengan tanah. Terusir, mereka pun kini tinggal di pengungsian Rusun Jemundo, Sidoarjo. "Khawatir mas, takutnya tanah kami malah digunakan orang lain," kata pengungsi lain, Abdul Jalil (42).
1. Bukan konflik agama
Koordinator pengungsi Syiah, Tajul Muluk menceritakan bagaimana mereka mengalami perlakuan tak manusiawi. "Kami diseret, ditarik. Bahkan, ada yang sedang salat dipaksa berhenti," ucap Tajul.
Ia juga meyakini bahwa apa yang terjadi di Sampang sebenarnya bukan konflik agama.
"Bukan Sunni, itu hanyalah sekumpulan orang anti Syiah saja," katanya. Isu agama, kata dia, dimanfaatkan oleh kelompok tertentu sebagai kedok untuk mengadu domba. Sebenarnya, apa yang terjadi pada penganut Syiah Sampang pada 2012 hanya puncaknya saja. Intimidasi, kata dia, sudah mereka rasakan sejak tahun 2004.