Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Warga beraktivitas menggunakan masker di kawasan Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020) (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/ama)

Jakarta, IDN Times - Setiap peristiwa di sekitar kita bisa saja terungkap, mulai dari pencurian, pelecehan, hingga kekerasan seksual lewat pengamatan seseorang.

Dilansir University of Cambridge, semua orang bisa menjadi pengamat atau Bystander. Saat terjadi sesuatu, seseorang bisa memutuskan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu (pengamat aktif) atau membiarkan begitu saja (tetap menjadi pengamat pasif).

University of Cambridge menyebutkan, jika pesan intervensi dan isyarat pada perilaku seseorang yang tidak bisa diterima terus diperkuat dalam komunitas, maka batasan-batasan perilaku bermasalah bisa dihentikan.

1. Memperhatikan gelagat mencurigakan jadi keterampilan yang penting

Default Image IDN

Belajar mengenali kondisi saat seseorang dalam bahaya dan bagaimana mengintervensi secara aman, adalah keterampilan yang penting.

Intervensi secara aman bisa dimulai dengan tatapan tidak setuju pada gelagat seseorang yang mencurigakan, menyela atau mengalihkan perhatian seseorang, tidak menertawakan lelucon seksis atau kekerasan, berbicara dengan teman tentang perilaku mereka dengan cara yang tidak konfrontatif, hingga merawat teman yang mengalami perilaku bermasalah. 

Di lain waktu, itu berarti meminta bantuan teman, staf, atau pihak berwenang lainnya.

2. Intervensi seorang pengamat atau bystander jadi cara efektif menghentikan serangan seksual

Editorial Team

Tonton lebih seru di