Menanggapi hal itu, Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Akh Muzakki mengatakan, terdapat kesamaan dari segi pola antara kasus Naga Hijau 1996 dengan penyerangan terhadap tokoh agama yang tengah marak akhir-akhir ini.
"Memang korban dan modusnya berbeda, tapi dari segi pola ada kesamaan. Yaitu sama-sama ingin memantik sentimen SARA dalam kaitan kontestasi politik. Pada saat itu (1996) stabilitas politik sedang terancam," kata Muzakki kepada IDN Times baru-baru ini.
Menurut pria yang juga Guru Besar Sosiologi Pendidikan UIN Sunan Ampel Surabaya ini, modus semacam ini bukanlah hal baru. Sebab, hampir setiap momentum politik, isu SARA kerap menjadi 'mainan' oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Isu ini memantik sentiman SARA di ruang publik, melalui penyerangan terhadap tokoh agama dan di tempat ibadah. Ini bukan barang baru, kita tentu prihatin, agama yang seharusnya menjadi pemersatu justru menjadi pemecah bangsa," kata dia.