Idlib, IDN Times - Direktur Global Humanity Response (GHR) Aksi Cepat Tanggap (ACT), Bambang Triyono, mengatakan jutaan orang terpaksa mengungsi dari Suriah akibat konflik. Sekitar 5,6 juta jiwa harus keluar dari Suriah, di antaranya ke Turki dan negara-negara Eropa, sedangkan 6,2 juta jiwa harus menjadi pengungsi di negara sendiri.
“Dari total 11,8 juta jiwa pengungsi itu, 2,6 juta itu anak-anak. Jadi, kita bisa bayangkan 9 tahun konflik, maka korban paling menyedihkan tentu saja anak-anak. Dari 2,6 juta jiwa, 1,1 juta adalah anak yatim. Mereka tinggal dalam kondisi yang seadanya. Ada yang ditampung oleh pengungsi lain, kemudian ada yang menerima bantuan tenda yang tidak cukup layak untuk bisa mereka tinggali. Ditambah Januari ini ada serangan lagi. Jadi hampir 50 ribu orang lari lagi ke wilayah utara,” tambah Bambang.
Seperti dilansir dari Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), korban meninggal dunia telah mencapai 80 jiwa pada Januari 2020. Sementara itu, UNOCHA menyatakan 11,7 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Para pengungsi juga berada dalam kondisi sulit dan membutuhkan banyak bantuan. Terutama ketika eskalasi konflik terjadi seperti awal tahun ini, di tengah musim dingin yang menusuk tulang.