Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Direktur PT Dua Putra Perkasa (DPP) Suharjito (tengah) berjalan menuju mobil tahanan usai menjalani pemeriksaan terkait kasus dugaan korupsi ekspor benih lobster di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (26/11/2020) dini hari (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Jakarta, IDN Times - Penyuap mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, Suharjito, mengungkapkan bisnis ekspor benih lobster atau benur tidak menguntungkan. Sebab, biayanya mahal dan risiko dari bisnis tinggi.

Hal itu diutarakan Suharjito dalam sidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Rabu (5/5/2021). Suharjito hadir dalam persidang perkara ekspor benur dengan terdakwa Edhy.

1. Suharjito sebut biaya yang ditentukan KKP kemahalan

Direktur PT Dua Putra Perkasa Suharjito (kiri) keluar dari ruangan pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Rabu (10/3/2021). (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Suharjito menjelaskan terkait harga ekspor benur ditentukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Menurutnya, harga itu terlalu mahal.

"Iya (kemahalan). Jadi sebelum itu kita sudah hitung sampe plastik kita hitung," kata dia saat bersaksi di persidangan, Rabu (5/5/2021).

Suharjito menilai biaya ekspor benur seharusnya hanya berkisar Rp300 per ekor. Namun, biayanya menjadi Rp1.800 per ekor karena ada hitungan biaya yang harus dibayarkan ke PT ACK.

"Ya kita kan memang bisnis sudah kita menghitung itu kemahalan, tapi di dalam kemahalan itu tentunya karena ada keuntungan 1.500. Nah 1.500 itu memang ACK yang mengerjainya," ujarnya.

2. Suharjito gak punya pilihan

Editorial Team

EditorAryodamar

Tonton lebih seru di