Tenaga medis di RSPP (Dok. Humas RSPP)
Dokter Maydie bercerita, rasa khawatir sudah muncul saat berbagai negara di pelosok dunia sudah mulai terjangkit virus COVID-19. Demi mempersiapkan diri, saat itu Maydie mulai rajin menambah referensi tentang COVID-19. Meski dinyatakan pasien yang terjangkit virus COVID-19 bisa sembuh sendiri, namun rasa was-was terus menggelayut.
"Rasa was-was pasti ada, apalagi saya juga gak muda lagi, usia saya udah 56 tahun, jadi saat pertama kali (menangani pasien COVID-19) terus terang takut ya, karena bagaimana pun kita kan tidak tahu kondisi kita saat ini, bisa saja capai," ujarnya.
Masih jelas diingatan dokter Maydie sebelum virus corona menyebar luas, tepatnya satu bulan lalu, dia menerima pasien dengan gejala demam berdarah, hasil laboratorium menunjukkan hasil yang sama. Tidak ada riwayat sesak, batuk, atau gejala yang mengarah ke COVID-19.
Namun di hari ketiga, hasil rontgen dan scanning menunjukkan hasil buruk dan tidak terduga, pasien tersebut mengarah ke COVID-19 yang otomatis masuk dalam daftar Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
"Saat itu kami tidak menduga, dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yang maksimal, hanya sesuai standar, ya ampun karena tahunya itu tadi (DB), yang kami takutkan adalah bukan untuk kami sendiri tetapi lingkungan, keluarga, anak, orang tua ke teman-teman, kita bisa menularkan," ungkapnya.
Karena hal ini, dokter Maydie harus mengisolasi diri dan menjaga jarak dengan keluarga.