Patroli skala besar TNI Polri dan masyrakat dilepas bupati Magetan pasca demo. (IDN Times/Istimewa)
Sementara dari sisi lembaga eksekutif, mereka meminta tuntutan di beberapa bidang, mulai dari ekonomi, fiskal, dan moneter. Hal itu mencakup tuntutan alokasi minimal 30 persen APBN/APBD untuk pembangunan berperspektif kesetaraan gender, keadilan sosial, dan lingkungan, dengan keterlibatan perempuan sebagai perencana, pelaksana, dan penerima manfaat. Pendidikan HAM dan kesetaraan gender wajib masuk kurikulum, termasuk kedinasan dan TNI/Polri, serta pembentukan unit penanganan TPKS di seluruh lembaga.
Pajak kekayaan dan pajak karbon dikembangkan untuk fiskal berkeadilan, sementara tata kelola sumber daya alam (SDA) dibenahi agar menjadi penopang pendapatan negara. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus mewajibkan perbankan memberi prioritas kredit bagi UMKM perempuan, khususnya PEKKA, dengan strategi pembangunan berbasis bottom-up. Ekonomi negara diperkuat dari sektor non-ekstraktif seperti pariwisata berkelanjutan, teknologi, ekonomi kreatif, restoratif, dan regeneratif, disertai pengurangan utang luar negeri.
Reforma agraria dan perhutanan sosial juga harus peka gender, memberi hak atas tanah dan kebijakan pertanian untuk perempuan. Revitalisasi pangan lokal berbasis pertanian kecil, pembangunan industri hijau, serta pengalihan subsidi fosil ke energi bersih perlu dilakukan. Kebijakan upah layak nasional, pengakuan kerja perawatan, penghapusan diskriminasi gender dan usia, penghentian outsourcing, serta penyediaan ruang laktasi dan penitipan anak harus dipenuhi.
Sedangkan di sisi hukum dan keamanan, negara dituntut melakukan reformasi Polri yang diperlukan dengan karakter sipil, unit gender di semua daerah, perekrutan Polwan 30 persen, serta menghapus hukuman mati. Kriminalisasi aktivis dan pasal karet harus dihentikan, sementara sistem hukum ramah korban, bantuan hukum, dan pemulihan bagi korban pelanggaran HAM dan bencana wajib dijalankan. Keamanan sipil dan kelompok rentan diprioritaskan, bukan militerisme, termasuk di Papua. Perempuan wajib dilibatkan dalam musrenbang dan perundingan damai.
Dari sisi sosial, lingkungan dan lainnya, Perempuan Jaga Indonesia minta adanya care economy ditetapkan sebagai prioritas nasional, perlindungan digital bagi perempuan dan kelompok rentan dijamin, SDA harus dikelola komunitas, dan transisi energi berkeadilan dengan keterlibatan perempuan di garis depan.