Presiden ke-5 RI, Megawati Megawati menjadi juri Zayed Award untuk Persaudaraan Manusia atau Zayed Award for Human Fraternity 2024 (dok. PDIP)
Sebulan kemudian utusan Komandan Kodim (Dandim) datang ke pabrik untuk mengundang Anitra dan beberapa kawannya bertemu Dandim. Ia menolak permintaan itu, karena memperoleh informasi dari seorang jurnalis bahwa pihak tentara sedang mengawasi pergerakan SPSI yang ia pimpin.
Sejak tahun 1996 hingga 2002, Anitra aktif di PRD. Pada 1997 ia diberi tugas sebagai koordinator fraksi buruh di struktur PRD wilayah Sumatra Utara.
Pada 1997, untuk memperkuat dan memperluas gerakan buruh, ia dan kawankawan PRD membentuk Dewan Buruh Sumatera Utara (DBSU) yang beranggotakan serikatserikat buruh tingkat per usahaan dari tiga zona industri, yakni Binjai, Belawan, dan Tanjung Morawa.
“Aku dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal DBSU selama dua periode,” ujarnya.
Pada 1998 rezim Soeharto tumbang. Sambil bekerja, Anitra kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Al Hikmah Medan.
DBSU lalu melebur dalam Front Nasional Perjuangan Buruh Indone sia (FNPBI) yang diketuai Dita Indah Sari pada 1999. Ia terpilih mengetuai FNPBI Sumatera Utara dan menjabat posisi ini hingga 2002. Di PRD, Anitra tetap jadi koordinator fraksi buruh sampai tahun 2002.
Sebelum Pemilu 1999, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekar noputri datang ke Medan. Pada kesempatan itu, ia mengutarakan ingin memberi penghargaan kepada beberapa tokoh masyarakat dan aktivis.
“PDIP Sumatera Utara mengajukan namaku sebagai salah satu penerima penghargaan. Tetapi Wignyo, pengurus pusat PRD, melarangku menerima penghargaan tersebut. Alasan Wignyo waktu itu adalah Megawati telah melakukan transaksi politik dengan kekuatan yang tidak pro terhadap rakyat kecil,” kata Anitra.
Pada tahun tersebut, PRD dan FN PBI mengangkat isu 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional. SBSI Medan dan sejumlah LSM menolak, karena ingin 24 April dijadikan Hari Buruh yang dianggap mereka sebagai hari kebangkitan gerakan perlawanan buruh Indonesia. Tanggal tersebut adalah hari aksi buruh di Medan, yang dimobilisasi SBSI.
Pada 1 Mei 2000 Anitra turut memimpin aksi FNPBI, yang melibatkan mahasiswa dan puluhan ribu massa buruh dari berbagai zona industri di Sumatera Utara. Polisi menembak mati dua mahasiswa Universitas HKBP Nommensen, Ricardo Silitonga dan Calvin Nababan, yang ikut aksi. Para buruh berkabung.
Anitra diselamatkan kawan dari tim keamanan. Mereka membawanya lari dari kerumunan massa menuju Pastoran Martubung.
“Selama seminggu aku disembunyikan di sana untuk menghindari penangkapan aparat,” kata Anitra.