Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Unsplash.com/Vanilla Bear Films

Jakarta, IDN Times - Isu seputar perempuan selalu menarik untuk dibahas, terutama oleh media massa. Namun, dalam diskusi publik yang digelar Dewan Pers pada Selasa (11/12), panelis mengingatkan agar para pekerja media lebih cerdas dalam membuat konten tentang perempuan.

Ini bukan hanya dorongan agar ruang redaksi mengurangi fokus soal lipstik atau perceraian yang laku keras. Diskusi ini juga berharap media lebih sensitif terhadap persoalan kelompok yang kerap dipandang sebagai minoritas, atau yang menurut feminis Prancis Simone de Beauvoir adalah "second sex" atau "jenis kelamin kedua" setelah laki-laki.

1. Perempuan masih dijadikan obyek untuk meraup keuntungan dari segi traffic dan iklan

unsplash.com/element5

Dalam diskusi bertajuk Pers dan Pemajuan Perempuan Indonesia yang digelar di Hotel Sari Pan Pacific itu, Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo menilai adanya media yang mengklaim sebagai platform milik perempuan sejatinya masih menegaskan subordinasi kelompok ini sendiri.

Yosep menyinggung tentang bagaimana model peliputan dan konten yang disajikan adalah untuk meraup kapital. Ini terjadi karena audience perempuan dianggap sebagai target iklan-iklan busana, riasan, dan minyak wangi. Dengan kata lain, redaksi hanya menjadikan perempuan sebagai konsumen agar mereka mendapatkan keuntungan finansial.

Diskusi publik itu digelar dalam rangka 90 Tahun Hari Ibu dan merupakan hasil kerja sama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Dewan Pers.

2. Stereotip bahwa perempuan menyukai gosip, ramalan bintang, dan riasan kian dikapitalisasi oleh media

Editorial Team

Tonton lebih seru di