Laju penurunan produksi di Blok Rokan saat ini terjadi secara alamiah, mengingat blok tersebut cukup mature karena beroperasi lebih dari 50 tahun. Terlebih sejak 2019 tidak ada pengeboran sumur baru sehingga diperkirakan saat ini laju penurunan produksi di Blok Rokan sekitar 25 persen.
Karena itu, selain pengeboran sumur baru, upaya-upaya peningkatan produksi Blok Rokan direncanakan Pertamina melalui optimasi pengembangan lapangan-lapangan produksi baik melalui kegiatan Primary, Secondary/Waterflood maupun Tertiary Recovery (Steamflood dan Chemical EOR).
“Investasi dalam keseluruhan lingkup pekerjaan tersebut guna menahan laju penurunan alamiah dan menaikkan produksi dengan meningkatkan recovery factor lapangan. Investasi yang terintegrasi tersebut diharapkan akan memberikan pengaruh yang signifikan pada pendapatan pemerintah dan Pertamina,” tutur Fajriyah.
Blok Rokan sendiri merupakan blok minyak terbesar di Indonesia dengan luas 6.220 kilometer. Blok ini memiliki 96 lapangan dengan tiga lapangan memiliki potensi minyak yang baik, yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
Dengan dikelolanya Blok Rokan oleh Pertamina mulai 9 Agustus 2021 mendatang, kontribusi produksi minyak Pertamina dibandingkan produksi minyak nasional diharapkan meningkat dari 48 persen pada 2019 menjadi 60 persen pada 2021.