Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_2316.jpeg
Pertamina Siapkan Strategi Dekarbonisasi Sektor Transportasi (dok. PNRE)

Intinya sih...

  • Manfaat transisi energi dari sisi penggunaan bahan bakar berbasis nabati, seperti bioethanol dari tetes tebu dan program biodiesel B40.

  • Program Pertamina untuk mendekarbonisasi sektor transportasi melalui produksi HVO dan Sustainable Aviation Fuel (SAF).

  • Transisi energi membutuhkan aksi kolektif dan kolaborasi lintas sektor, dengan Pertamina NRE membangun ekosistem kendaraan listrik dan Stasiun Pengisian Hidrogen (HRS).

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times  – Pertamina tidak saja fokus melakukan dekarbonisasi terhadap bisnisnya tapi juga berkontribusi melakukan dekarbonisasi di sektor transportasi melalui sejumlah strategi. Hal ini disampaikan oleh Norman Ginting, Direktur Proyek & Operasi Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dalam diskusi publik “Apa Kabar Transisi Energi di Sektor Transportasi” pada Rabu (10/9) yang diselenggarakan oleh Energy Institute for Transition (EITS).

Berdasarkan data yang dikeluarkan Our World In Data, permintaan sektor transportasi di Indonesia terhadap produk minyak mencapai 73 persen. Hal ini menjadikan sektor transportasi menjadi salah satu sektor yang menyumbangkan emisi karbon terbesar. Untuk itu inisiatif dekarbonisasi di sektor transportasi akan berkontribusi signifikan terhadap penurunan emisi karbon.

1. Manfaat transisi energi dari sisi penggunaan bahan bakar berbasis nabati

Pertamina uji coba bioethanol E10 di mobil Toyota. (Dok. Pertamina)

Dalam diskusi Norman menyampaikan manfaat transisi energi dari sisi penggunaan bahan bakar berbasis nabati, seperti bioethanol yang berasal dari tetes tebu, Aren, ataupun bahan lainnya. 

“Inisiatif ini bukan hanya soal pengurangan emisi, tapi juga tentang mempercepat perubahan sistem energi transportasi kita agar lebih berkelanjutan dan adil bagi masyarakat,” ujar Norman Ginting. 

“Dengan bioetanol ini pembakaran pada kendaraan akan menghasilkan emisi yang lebih sedikit, tanpa harus mengubah kendaraan tersebut, jadi lebih mudah diimplementasikan dan ini akan terus tumbuh” tambah Norman

2. Program Pertamina untuk mendekarbonisasi sektor transportasi adalah program biodiesel B40

Medium service airline Pelita Air (kode penerbangan IP) meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) melalui penerbangan rute penerbangan Denpasar–Jakarta pada Jumat (20/09/2024) atau bertepatan dengan rangkaian Bali International Air Show 2024 di Bali. (Dok. Pertamina)

Salah satu program yang dijalankan Pertamina untuk mendekarbonisasi sektor transportasi adalah program biodiesel B40. Beberapa program lainnya adalah produksi Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) dari kilang Pertamina, dan Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis minyak jelantah yang beberapa waktu lalu telah diuji coba bersama Pelita Air.

Sementara itu, melalui Pertamina NRE, perusahaan mengakselerasi inisiatif baru untuk memperkuat bauran energi bersih nasional. Untuk bioethanol, Pertamina NRE menargetkan kapasitas produksi hingga 630 ribu kiloliter per tahun pada 2032, dengan memanfaatkan berbagai bahan baku lokal seperti tebu, singkong, sorgum, dan jagung. Pada sisi elektrifikasi,

3. Transisi energi membutuhkan aksi kolektif dan kolaborasi

Pertamina Siapkan Strategi Dekarbonisasi Sektor Transportasi (dok. PNRE)

Pertamina NRE melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) membangun ekosistem kendaraan listrik dan Battery Energy Storage System (BESS) dengan ambisi menjadi produsen terbesar di ASEAN. Adapun untuk hidrogen dan e-Fuel, Pertamina NRE menyiapkan dua Stasiun Pengisian Hidrogen (HRS) di Daan Mogot (2026) dan Jawa Barat (2028) dengan kapasitas awal 200–500 kg/hari.

Norman menutup paparannya dengan menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Indonesia dianugerahi potensi energi bersih dan terbarukan yang melimpah, namun tetap ada tantangan di depan. Karena itu kita perlu bekerja sama. Transisi energi membutuhkan aksi kolektif dengan kolaborasi erat dari semua pihak,” tegas Norman. (WEB)

Editorial Team