Presiden RI Joko Widodo di COP28. (dok. BPMI RI)
WALHI menyebut, kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia justru memperburuk kehidupan masyarakat, terutama kehidupan kelompok rentan, seperti perempuan, penyandang disabilitas, nelayan, dan lainnya.
Hal ini bisa dilihat dari kemiskinan nelayan desa-desa pesisir Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di wilayah pesisir Indonesia mencapai 17,74 juta jiwa pada tahun 2022, dengan 3,9 juta jiwa masuk kategori miskin ekstrim. Data September 2022 menunjukan total penduduk miskin di Indonesia adalah 26 juta jiwa, sehingga kemiskinan wilayah pesisir menyumbang 68 persen dari total angka itu.
WALHI juga melansir Penelitian Litbang Kompas pada 2023 yang menyatakan, tahun 2030 jumlah nelayan dan petani sejumlah 920 ribu orang akan meninggalkan pekerjaannya akibat krisis iklim maupun proyek-proyek iklim.
Percepatan penggunaan energi terbarukan dan penurunan penggunaan batubara di Indonesia tidak realistis.
Menurut WALHI, klaim presiden Jokowi mengenai percepatan penggunaan energi terbarukan dan penurunan penggunaan batubara juga tidak realistis. Sebab, penggunaan energi terbarukan di Indonesia masih tidak melebih angka 12 persen, jauh dari target pemerintah yang tercatat sebagai 23 persen pada 2025.
Terkait dengan penggunaan batubara di Indonesia, WALHI juga menyatakan bahwa hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menyebut kontrak panjang penggunaan batubara dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru akan mencapai puncaknya hingga tahun 2035.
WALHI mengatakan, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2022 melarang pengembangan PLTU baru, namun PLTU-PLTU Captive (pembangkit listrik batubara yang dioperasikan di luar jaringan listrik pemerintah) terus meningkat.
Hal ini bisa dilihat dari laporan Center for Research of Energy and Clean Air (CREA) dan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) tahun 2023, yang menunjukan bahwa pada sepuluh tahun terakhir, kapasitas PLTU Captive meningkat hampir dua kali lipat dari 1,4 gigawatt pada 2013 menjadi 10,8 GW pada 2023.