Intensitas Pilkada DKI Jakarta kali ini benar-benar sangat tinggi dan menguras tenaga serta emosi. Salah satu persoalan yang paling disorot baik oleh media maupun masyarakat adalah kontestasi tersebut membuat warga -- tak hanya di Jakarta, tapi di seluruh Indonesia -- terpolarisasi.
Ada kubu yang mengklaim menjunjung tinggi pluralisme dengan mengatakan bahwa apapun agama dan etnis orang itu, jika ia punya kapasitas, ia bisa menjadi pemimpin. Sedangkan di kubu satunya yang mayoritas terdiri dari penganut Islam mengklaim bahwa Al Quran mewajibkan mereka memilih pemimpin Muslim.
Meminjam kalimat Burhanuddin Muhtadi, kepala dan hati warga terbelah antara harus memilih Ahok-Djarot atau Anies-Sandiaga. Namun, yang tak terlalu diperhatikan adalah bagaimana pilihan politik seseorang, utamanya perempuan, tak jarang bisa menempatkannya sebagai target kekerasan seksual oleh pihak lawan.