Jakarta, IDN Times – Politik adalah seni kemungkinan. Bagaimana kalkulasi peluang. Di Pemilu 2014, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membangun koalisi mendukung calon presiden Prabowo Subianto. “Loyalitas” PKS berlanjut ketika partai ini mendukung pasangan calon gubernur Anies Baswedan dan kader Partai Gerindra Sandiaga Uno dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
PKS juga berkolaborasi dengan Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional (PAN), mendukung pasangan cagub Sudirman Said dan Ida Fauziyah dari Partai Kebangkitan Bangsa di Pilkada Jawa Tengah tahun 2018.
Jauh sebelum Pemilu 2014, kalkulasi demi kalkulasi juga telah dilakukan PKS. Sehari sebelum deklarasi pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan calon wakil presiden Boediono untuk Pemilihan Presiden 2009, PKS belum menentukan sikapnya.
Partai yang mengandalkan kaderisasi dari kelompok kajian Islam di kalangan muda ini menyampaikan keberatan atas sikap SBY, sang petahana, memilih sosok Boediono. Bagi sebagian kalangan, Boediono dianggap mewakili kelompok ekonom yang dianggap “liberal”.
Lawan SBY saat itu adalah pasangan Megawati Sukarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto. PKS cukup dekat dengan JK. Kubu SBY menganggap dukungan PKS penting. PKS berhasil meraih total 8.206.955 atau 7,88 persen dalam Pemilu legislatif 2009. Hasil ini membuat kursi PKS di Senayan meningkat menjadi 57 kursi.
Negosiasi di belakang layar berjalan intens. Deklarasi pasangan SBY-Boediono direncanakan tanggal 15 Mei 2009 di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung, pada 15 Mei 2009. Jadwal ini mundur dari tanggal semula 11 Mei 2009. Penyebabnya adalah dukungan PKS dan PAN masih ditunggu. PAN sempat menyodorkan Hatta Rajasa sebagai cawapres SBY.
Sehari jelang deklarasi, pengusaha Chairul Tanjung nampak mendampingi para petinggi PKS saat itu, Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminuddin, Presiden PKS Tifatul Sembiring bertemu SBY di sebuah hotel di Bandung. Ratusan awak media menunggu proses akhir itu.
PKS akhirnya mendukung SBY-Boediono. Tifatul diganjar jabatan Menteri Informasi dan Komunikasi. PKS juga mendapatkan kursi menteri pertanian yang dijabat Suswono, menteri sosial untuk Salim Segaf Aljufri, dan menteri riset dan teknologi yang dijabat Suharna Surapranata. Dalam periode pertama kabinet SBY-JK, posisi menteri pertanian juga dijabat kader PKS, Anton Apriyantono.
Kini di Pemilu 2019, PKS kembali bermain kalkulasi setelah ditetapkan sebagai peserta Pemilu 2019 dengan nomor urut 8. Bagaimana kalkulasi partai berlambang padi dan bulan sabit ini?