Cianjur, IDN Times - Pemerintah terus menggenjot penggunaan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan demi mengejar target 23 persen dalam bauran energi sebagaimana Kebijakan Energi Nasional. Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Rajamandala berkapasitas 47 MW ialah satu terobosan yang diharapkan dapat meningkatkan sistem kelistrikan Jawa-Bali yang memanfaatkan energi terbarukan.
PLTA Rajamandala 47 MW di Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Cianjur, merupakan program pembangunan pembangkit EBT sesuai penetapan Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028 dan telah beroperasi sejak Mei 2019. Pembangunan PLTA tersebut merupakan proyek kolaborasi antara PT Indonesia Power dan Kansai Electric Power Japan yang membentuk PT Rajamandala Electric Power (REP) dengan total nilai investasi sebesar 150 juta USD dan membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun sejak 2012 untuk penyelesaian pembangunannya.
"Kami sangat mengapresiasi segala upaya dan kerja keras Indonesia Power beserta partner atas rampungnya PLTA Rajamandala. PLTA ini adalah salah satu upaya untuk mencapai target 23 persen energi terbarukan pada 2025. PLTA Rajamandala tidak hanya berkontribusi pada pasokan energi nasional, tetapi juga berperan penting dalam mengatasi masalah perubahan iklim," tutur Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Harris saat mewakili Direktur Jenderal EBTKE menghadiri Ceremony Commercial Operation PLTA Rajamandala, Jumat (12/7).