Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Dirmanto memberikan keterangan pers kepada wartawan di sela-sela penangkapan terhadap MSAT, di Jombang. IDN Times/Zainul Arifin
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Dirmanto memberikan keterangan pers kepada wartawan di sela-sela penangkapan terhadap MSAT, di Jombang. IDN Times/Zainul Arifin

Jakarta, IDN Times - Kabid Humas Polda Jawa Timur (Jatim), Kombes Pol Dirmanto membantah soal isu yang menyebut keterlibatan oknum polisi dalam kasus pencabulan di Pondok Pesantren (Ponpes) Shiddiqiyyah, Jombang.

Dirmanto menegaskan, isu tersebut tidaklah benar dan hanya ingin menyudutkan pihak kepolisian. Dia pun menyebut kabar burung itu muncul dari oknum yang sengaja ingin membuat kegaduhan dari adanya kasus yang menimpa tersangka MSAT alias Bechi.

"Berarti dia markus itu, makelar kasus. Makanya itu, kalau mau nyari data yang benar, siapa dia, harus jelas itu. Itu kan orangnya gak jelas," kata Dirmanto saat dihubungi IDN Times, Minggu (10/7/2022).

"Ini yang seperti ini bikin gaduh, karena sumbernya memang tidak dapat dipercaya," dia menambahkan.

1. Isu liar dan terbukti tidak benar

Proses penangkapan MSAT, anak kiai pelaku kekerasan seksual di Jombang, Kamis, (7/7/2022). IDN Times/ Zainul Arifin

Dia pun mempertanyakan status dari Syarifudin Pane yang sebelumnya mengangkat isu adanya dugaan gratifikasi di kasus pencabulan Bechi. Menurutnya, status Syarifudin tidak jelas dan tidak sesuai dengan kapasitasnya untuk membicarakan kasus tersebut. "Dia di situ sebagai apa statusnya? Ini gak jelas kan," tutur Dirmanto.

Dirmanto juga menyayangkan munculnya isu liar yang hanya membuat gaduh publik. Padahal narasi yang dimunculkan terbukti tidak benar karena tak didukung bukti yang konkret.

"Tidak ada yang perlu diluruskan, karena ini menurut saya berita yang tidak perlu mendapat jawaban. Karena tidak ada buktinya yang mendukung itu," ucap dia.

2. Tudingan adanya gratifikasi

Syarifudin Pane bersama tersangka MSAT di Pondok Pesantren Shiddiqiyyah, Desa Losari, Ploso, Jombang, Jawa Timur. (dok Istimewa)

Sebelumnya, seorang pria yang mengaku sebagai rekan tersangka kasus pelecehan seksual di pesantren Jombang, MSAT, Syarifudin Pane mengungkap dugaan keterlibatan mantan petinggi polisi di Jatim dalam kasus tersebut.

Berdasarkan pesan WhatsApp (WA) yang diterima dari tersangka MSAT, Syarifudin menuturkan, adanya dugaan aliran dana gratifikasi sebesar Rp200 miliar. Kendati demikian, dia tak menjelaskan lebih lanjut tentang siapa oknum polisi yang diduga terlibat.

3. Kisah sulitnya polisi tangkap MSAT

Upaya penangkapan pelaku kekerasan seksual berinisial MSAT, yang juga anak kiai di Jombang, Kamis (7/7/2022). IDN Times/Zainul Arifin

Kasus yang melibatkan MSAT ini sebetulnya sudah masuk ranah polisi sejak 2017. Namun MSAT baru berhasil digelandang ke tahanan polisi setelah 15 jam pengepungan pada Kamis 7 Juli 2022 lalu.  Kasatreskrim Polres Jombang AKP Giadi Nugraha sempat terluka dalam proses penjemputan MSAT ini. 

Giadi menceritakan, insiden terjadi setelah dirinya baru saja memasuki pintu gerbang menuju Pondok Pesantren Shiddiqiyyah di Desa Losari, Kecamatan Ploso. Situasinya saat itu, disebut Giadi, sangat ramai orang dan saling berdesakan.

"Kan desak-desakan, baru saja masuk (pesantren) pintu depan sebelah kanan itu," kata Giadi. 

Tiba-tiba saja, kata Giadi, ada seorang yang melemparkan termos berisi kopi panas ke polisi berpangkat tiga balok emas di pundak itu. Kopi panas itu pun tumpah dan mengenai kedua kakinya hingga menembus sepatu yang dipakainya. Akibatnya, telapak kaki Giadi pun terluka. 

"Orang itu sengaja (melempar) ke saya, tutup termos juga sudah dilepas. Kalau umpamanya gak sengaja, berarti termos itu saya tendang. Yang ngelihat juga banyak kok," katanya.

Editorial Team