Polemik AstraZeneca, Pakar: Tripsin Babi Cuma Dipakai di Awal Proses

Jakarta, IDN Times - Vaksin AstraZeneca mulai digunakan untuk program vaksinasi nasional. Vaksin buatan Oxford-AstraZeneca ini sebelumnya sempat jadi polemik karena Majelis Ulama Indonesia menyatakan vaksin AstraZeneca haram karena diduga memanfaatkan enzim tripsin dari babi.
Fatwa itu berbeda dengan keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang menyatakan enzim tripsin sudah hilang. Lalu bagaimana pandangan pakar?
Ilmuwan bidang biologi molekuler Herawati Sudoyo menjelaskan, tripsin digunakan untuk melepaskan sel yang ditumbuhi untuk memperbanyak sel. Tripsin menyebabkan disosiasi sehingga memang diperlukan untuk menumbuhkan sel tersebut di bidang yang harus menempel jadi ini suatu proses.
"Proses itu dilakukan awal banget, jadi dipakai beberapa sel untuk memperbanyak untuk bisa lepas itu menggunakan tripsin, jadi itu suatu proses. Sebenarnya aktivitas itu hanya di awal setelah itu tripsin dibuang, kalau ada ya mengganggu proses," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Senin (22/3/2021).
1. Enzim babi lebih efisien
Hera mengungkapkan tripsin tersebut berasal dari berbagai macam sumber, ada yang dari babi maupun animal origin free yang dibuat berdasarkan teknologi rekayasa genetika.
Hera mengatakan enzim babi ini memiliki aktivitas yang bagus serta efisien sebab bisa melepaskan sel 100 persen selain itu harganya juga lebih murah.
"Enzim ini paling efisien karena itu mungkin jadi pilihan utamakan, kita maunya yang bagus dan efisien. Tapi saya gak tau pertimbangan perusahaan masing-masing industri yang gunakan platfom. Kita ga mau ngomong panjang toh hanya masalah tripsin," imbuhnya.