Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/Idhad Zakaria
ANTARA FOTO/Idhad Zakaria

Jakarta, IDN Times - Eks Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) periode 2014-2017, Erlinda, meyakini tak ada eksploitasi anak pada audisi PB Djarum yang digelar setiap tahun.

Sebelumnya KPAI menilai ada eksploitasi pada anak saat audisi PB Djarum. Imbasnya PB Djarum menutup audisi mulai tahun depan. Erlinda mengatakan permasalahan ini seharusnya dilihat secara bijak.

1. Polemik audisi PB Djarum harus dilihat dengan bijaksana

IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Erlinda berpendapat persoalan produsen rokok dan audisi atlet bulu tangkis untuk mencari bakat adalah dua hal yang berbeda.

"Betul di situ memang ada rokok, karena teman-teman tidak menyatakan anti terhadap tembakau atau rokok itu sendiri, tapi di sisi lain, ini merupakan dua hal yang sangat berbeda," kata Erlinda di Gedung KSP, Jakarta Pusat, Senin (9/9).

2. Tak ada indikasi eksploitasi anak-anak dalam audisi

Ilustrasi bulu tangkis. (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Di satu sisi, kata Erlinda, memang benar terdapat simbol rokok di PB Djarum, namun di sisi lainnya audisi PB Djarum juga memupuk bibit unggul anak bangsa. Menurutnya, tak ada eksploitasi di dalam audisi tersebut.

"Audisi di sini, saya katakan secara jelas, tidak ada eksploitasi anak. Kalaupun dikatakan KPAI bahwa di badan mereka ada logo-logo Djarum itu adalah ekspolitasi terhadap anak, tapi eksploitasi seperti apa?" ucap Erlinda.

3. Harus ada mediator agar tak mematikan minat dan bakat anak bangsa

twitter.com/PBDjarum

Meski Erlinda tak melihat adanya indikasi eksploitasi anak-anak dalam audisi PB Djarum, namun ia tetap mengapresiasi KPAI. Dia menambahkan, dalam polemik ini memang harus ada mediator antara KPAI dan PB Djarum agar tak mematikan minat dan bakat anak bangsa.

"Tadi sudah saya sampaikan, kenapa tidak kita ganti saja, bukan audisi Djarum, tapi misalnya audisi bulu tangkis anak berprestasi atau silakan saja dengan nama-nama yang lain," ungkapnya.

Editorial Team