Jemaah haji Masih relatif sepi di Masjidil Haram pada hari kesebelas operasional haji 2025. (IDN Times/Rochmanudin)
Duta Besar (Dubes) Arab Saudi di Jakarta mengirimkan nota diplomatik ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, terkait penyelenggaraan ibadah haji 2025. Ada sejumlah catatan yang disampaikan Arab Saudi terkait pelaksanaan ibadah haji.
Nota diplomatik itu terbit pada 16 Juni 2025 dikirim ke Kementerian Luar Negeri, dengan tujuan tiga pihak, yakni Menteri Agama, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, dan Direktur Timur Tengah Kemenlu.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief mengatakan, ada beberapa isu yang menjadi catatan dan tantangan saat masa operasional. Menurutnya, sebagian besar sudah bisa diatasi di lapangan dan telah disampaikan penjelasannya kepada otoritas setempat.
"Surat tersebut berbicara tentang apa yang kita lakukan sejak dua sampai empat minggu lalu, yang tetap dimasukkan sebagai catatan untuk perbaikan oleh penyelenggara haji,” ujar Hilman Latief di Madinah, dalam keterangannya dikutip Senin (23/6/2025).
“Kami ucapkan terima kasih kepada Kerajaan Arab Saudi, khususnya Kementerian Haji dan Umrah yang bahu-membahu bersama kami, Misi Haji Indonesia, untuk menyelesaikan berbagai masalah yang muncul di lapangan,” sambungnya.
Dalam keterangannya, Hilman mengatakan, ada lima catatan yang disampaikan Dubes Saudi terkait kurangnya penyelenggaraan haji 2025 Indonesia. Catatan pertama, terkait dengan kesesuaian data jemaah haji, baik yang ada pada E-Hajj (sistem informasi haji berbasis elektronik yang dikembangkan Arab Saudi), maupun Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama dan manifest penerbangan.
Ditemukan ada sejumlah nama yang berbeda antara manifest dan jemaah yang ikut terbang di dalam pesawat. Hilman mengklaim, masalah tersebut sudah selesai.
“Alhamdulillah bisa kita tangani pada awal Mei di mana dalam satu pesawat ternyata ada beberapa jemaah yang berbeda syarikah,” ucap Hilman.
Menurutnya, masalah tersebut muncul karena dinamika lapangan. Dia mengatakan, ada proses pembuatan visa, ada sejumlah nama yang batal berangkat dan harus diganti.
“Ini sempat ramai, lalu kami jelaskan. Kami tentu tidak bisa juga membiarkan pesawat itu kosong karena ada orang yang sakit atau meninggal. Ketika teman-teman di lapangan masih memungkinkan untuk bisa mengganti, maka mereka akan menggantikan dengan penumpang berikutnya,” kata dia.
Kedua, Dubes Arab Saudi memberi catatan terkait pergerakan jemaah yang berangkat pada gelombang I dari Madinah ke Makkah tanpa mengikuti prosedur yang sudah ditentukan Arab Saudi.
“Kita sudah komunikasikan itu ke Kementerian Haji. Kita sudah sampaikan ke syarikahnya. Jadi itu sudah disepakati. Tidak mungkin kita membawa orang dari Madinah ke Makkah tanpa ada kesepakatan dari lembaga terkait, Kemenhaj maupun syarikah,” ujar Hilman.