Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Hacker (IDN Times/Mardya Shakti)

Jakarta, IDN Times - "Reformasi telah dikorupsi", begitu jargon yang digunakan gerakan aksi masyarakat tahun 2020 ini. Sejak reformasi tahun 1998, telah dikeluarkan amanat Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers.

Sayang, kebebasan pers yang telah diamanatkan tersebut masih belum terwujud secara paripurna hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dari masih adanya kasus-kasus peretasan media dan doxing terhadap jurnalis yang kritis dalam pemberitaan.

Mulai dari awal tahun 2020 hingga bulan September ini, sudah ada dua jurnalis yang mengalami doxing akibat pemberitaan yang ditulisnya. Tidak hanya itu, terdapat pula media daring yang mengalami peretasan setelah mengeluarkan pemberitaan yang dinilai mengancam beberapa oknum dan suatu lembaga.

Berikut ulasan mengenai doxing terhadap jurnalis dan peretasan media online yang terjadi di Indonesia.

1.Jurnalis Liputan 6, Cakrayuri Nuralam, mengalami doxing pada 11 September 2020

Ilustrasi Hacker (IDN Times/Mardya Shakti)

Jurnalis Liputan6.com, Cakrayuri Nuralam, mengalami doxing atau penyebarluasan informasi di sosial media, karena menulis artikel terkait politikus PDIP sekaligus anggota DPR RI, Arteria Dahlan. Berita tersebut berjudul “Cek Fakta : Tidak Benar Anggota Dpr dari Fraksi PDI Perjuangan Cucu Pendiri PKI di Sumbar” dan diunggah pada 10 September 2020.

Sehari kemudian (11/9/2020), serangan doxing terhadap Cakrayuri mulai terjadi dengan skala masif. Pukul 18.20 WIB, akun Instagram @d34th.5kull mengunggah foto korban tanpa izin dengan keterangan foto sebagai berikut:

“PEMANASAN DULU BRO!! No Baper ye jurnalis media rezim. Hello cak @cakrayurinuralam. Mau tenar kah, ogut bantu biar tenar. #d34th_5kull #thewarriorsquad #MediaPendukungPKI,” tulis akun tersebut dalam unggahannya.

Setidaknya terdapat 4 akun yang teridentifikasi melakukan doxing terhadap Cakra terkait unggahan artikel tersebut.

2.Jurnalis detikcom mengalami doxing pada 26 Mei 2020

Editorial Team

Tonton lebih seru di