Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak. (Instagram.com/emildardak)
Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak. (Instagram.com/emildardak)

JAKARTA, Indonesia—Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bergegas menuju kediaman Megawati Sukarnoputri di kawasan Teuku Umar, Jakarta Putri, Sabtu siang, 6 Januari 2018. Begitu turun dari mobil, awak media yang telah berkumpul di kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan itu langsung mengerubuti sang Sekjen.

Meskipun kehadirannya ditunggu, Hasto menyempatkan diri meladeni rentetan pertanyaan para juru warta terlebih dahulu. Perkara mundurnya Azwar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dari pencalonan sebagai Wakil Gubernur yang diusung PDI Perjuangan menjadi pertanyaan utama.

Sehari sebelumnya, di kalangan wartawan, beredar pernyataan resmi dari Azwar. Azwar yang seharusnya mendampingi Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Pilgub Jatim menyatakan mundur dari pencalonan karena diterpa isu tak sedap setelah foto-foto syur dirinya dengan seorang perempuan beredar di jagat maya. 

Dengan berapi-api, Hasto kala itu menyebut ‘bocornya’ foto-foto tersebut merupakan kampanye hitam yang ditujukan menyudutkan pasangan Gus Ipul-Azwar Anaz yang diusung PDI Perjuangan bersama sejumlah parpol. Hasto pun sempat meneteskan air mata di depan para juru warta. “Beliau (Azwar) orang baik. Dan beliau harus mengundurkan diri dengan cara-cara kejam,” ujar dia. 

Ketika itu, elektabilitas pasangan Gus Ipul dan Azwar Anas memang belum ada yang mampu menyaingi. Hingga menjelang akhir 2017, nama pasangan itu selalu muncul teratas di papan survei. Tak heran jika Hasto pun dongkol. “Kami mengutuk orang-orang yang telah melakukan politik kotor seperti ini,” cetusnya. 

Namun demikian, citra Azwar kadung tercoreng. Mau tak mau, PDI Perjuangan dan rekan-rekan koalisi harus segera menggantinya. Kurang dari sepekan, PDI Perjuangan mengumumkan Puti Guntur Soekarnoputri sebagai pendamping baru Gus Ipul. Puti sehari-hari berkantor di DPR. 

Petaka yang dialami kubu sebelah, jadi berkah bagi pasangan lainnya, yakni Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak. Perlahan tapi pasti, elektabilitasnya terus meroket. Sepekan menjelang pencoblosan, hampir semua lembaga survei 'sepakat' menempatkan pasangan Khofifah-Emil unggul dari pasangan Gus Ipul-Puti. 

Meskipun melaju mulus memuncaki papan survei, sebenarnya perjalanan Khofifah-Emil juga tak sepenuhnya sempurna. Pasalnya, sebelum mendampingi Khofifah pada November 2017, Emil ketika itu tercatat sebagai kader PDI Perjuangan. Keputusannya menerima pinangan Khofifah sempat membuat murka kalangan petinggi partai berlambang banteng bermoncong putih itu. 

Emil pun ditendang dari partai yang menjadi kenderaan politiknya tatkala menduduki kursi Bupati Trenggalek pada 2016. “Kita saling menghormatilah pilihan masing-masing. Artinya, kalau memang sudah tidak satu arah, kita hargai keputusan tersebut dan berkompetisi dengan sehat," kata Emil ketika itu. 

Keputusan untuk menunjuk Emil memang bukan milik Khofifah semata. Pasalnya, nama Emil muncul setelah disaring oleh tim khusus yang terdiri dari sejumlah kyai di Jatim atau yang disebut Tim 9.

Menurut Ketua Tim 9 Salahuddin Wahid (Gus Solah), semangat dan tenaga Emil yang masih muda cocok untuk dikombinasikan dengan Khofifah yang punya pengalaman panjang. "Emil dipilih kyai NU dan Khofifah. Jadi cocok saja dua-duanya," ujar Gus Solah ketika itu.

Kekuatan Khofifah-Emil

Infografis Rappler Indonesia

Khusus bagi Khofifah, ini kali ketiga dirinya bertarung di Pilgub Jatim. Sebelumnya, Khofifah sempat dua kali mengikuti perhelatan yang sama, yakni pada Pilgub Jatim 2008 dan Pilgub 2013. Meskipun punya basis massa yang besar dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Khofifah tak mampu memenangi laga elektoral melawan petahana Gubenur Jatim Soekarwo atau yang akrab disapa Pakde Karwo.

Meskipun kalah, Khofifah mendapatkan suara sangat besar dan nyaris menang. Pada 2013, kekalahan Khofifah bahkan harus ditentukan melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Dengan dua kali keikutsertaan itu, otomatis Khofifah tetap dikenal baik oleh publik Jatim. 

Dari segi pengalaman, Khofifah memang punya rekam jejak panjang di birokrasi dan dunia politik. Selain pernah berkantor di Senayan, Khofifah juga bolak-balik dipilih menjadi menteri. Pada era Kabinet Kerja, Khofifah didapuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Menteri Sosial. Bersama Menteri Kelauatan Susi Pudjiastuti, sejumlah lembaga survei menempatkan Khofifah di jajaran menteri berkinerja terbaik.

Di NU, Khofifah pun tercatat masih menjabat sebagai Ketua Muslimat NU. Pada Pilgub Jatim kali ini, ribuan ulama juga telah mendeklarasikan dukungan terhadapnya. Khusus bagi Jatim, dukungan kyai dan ulama sangat berpengaruh dalam mengarahkan pilihan publik. 

Kini, Khofifah melangkah lagi ke pentas Pilgub Jatim setelah resmi menanggalkan jubah menteri. Mengusung jargon ‘Wis Wayahe’ atau ’sudah saatnya’, bersama Emil, Khofifah menjanjikan akan membangun demokrasi, pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan membangkitkan budaya Jatim tanpa merusak ekologi dalam visi misinya. 

Lantas bagaimana dengan Emil? Selain kasus pemecatan dirinya oleh PDI Perjuangan, citra Emil tergolong positif di mata publik. Meskipun kinerjanya di Trenggalek belum bisa terukur dengan pasti, namun, dengan wajah tampannya, Emil bakal mudah jadi ‘idola’ kaum hawa di Jatim. 

Di sisi lain, rentetan gelar akademis dan jabatan-jabatan strategis yang pernah dijabatnya dalam usia yang terbilang sangat muda juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih. Faktanya saat ini, dengan menggandeng Emil, Khofifah bisa merajai papan survei beberapa bulan belakangan. 

Keunggulan Gus Ipul-Puti

Infografis Rappler Indonesia

Salah satu keunggulan Gus Ipul ialah posisinya sebagai petahana selama dua periode mendampingi Pakde Karwo sebagai Wakil Gubernur Jatim. Karena itu, dari segi popularitas, wajar jika sejumlah lembaga survei bahkan menempatkan Gus Ipul di atas Khofifah khusus untuk di Jatim. 

Sebagai cicit dari pendiri NU KH Bisri Syansuri, Gus Ipul juga punya potensi besar untuk meraup suara dari kalangan nahdiyin. Di sisi lain, Gus Ipul juga notabene kader PKB. Bersama PPP, PKB merupakan partai politik yang lahir dari rahim NU. 

Sedangkan Puti Guntur Soekarnoputri merupakan cucu dari proklamator Soekarno. Meskipun namanya relatif jarang terdengar, Puti telah dua periode berkantor di Senayan. Artinya, perempuan yang juga punya pengalaman sebagai dosen itu tak asing dengan aktivisme politik dan penggalangan opini publik. 

Kekuatan lainnya yang dimiliki pasangan Gus Ipul dan Puti ialah militansi kader PDI Perjuangan. Megawati sejak lama menginginkan Jawa Timur sebagai basis kekuatan PDI Perjuangan. Apalagi, Jatim, tepatnya Blitar, merupakan tempat kelahiran sang ayah, Soekarno. 

Dari segi pendanaan, Gus Ipul juga dinilai lebih kuat ketimbang pasangan Khofifah Emil. Pada masa awal kampanye misalnya, pasangan Gus Ipul-Puti melaporkan dana awal kampanye sebesar Rp 1,7 miliar ke KPUD Jatim sedangkan pasangan Khofifah-Emil hanya mencantumkan angka sebesar Rp 200 juta sebagai modal awal. 

Pasangan nomor urut dua itu memiliki jargon yang artinya semua bersaudara, semua makmur. Jika menang, Gus Ipul berjanji bakal berupaya keras mengatasi kemiskinan, memberikan akses kesehatan seluas-luasnya bagi publik serta memuliakan anak-anak dan lansia di Jatim.

Panas hingga akhir

Infografis Rappler Indonesia

Unggul di papan survei, bukan berarti Khofifah-Emil bakal melenggang mudah ke kursi Jatim-1. Pasalnya, dari segi kekuatan politik di parlemen, pasangan tersebut masih kalah tipis ketimbang pasangan Gus Ipul-Puti. Empat parpol pendukung Gus Ipul-Puti mengantongi 58 kursi di DPRD atau setara dengan lebih dari 10 juta suara. 

Pengamat politik Universitas Brawijaya, Romy Hermawan, memprediksi pertarungan antara keduanya bakal berlangsung panas dan mendebarkan hingga hari pemungutan suara. Terlebih, Gus Ipul dan Khofifah sudah pernah bertarung dalam Pilgub Jatim dalam dua periode sebelumnya. Khofifah sebagai cagub, sedangkan Gus Ipul sebagai cawagub. 

“Pemilihnya sudah sangat terbelah. Istilahnya, sampai mati pilih Khofifah, dan di pihak lain, sampai mati pilih Gus Ipul. Rivalitas Khofifah dan Gus Ipul memang sudah pada posisi mengkristal,” ujar Romy. 

Jika menilik pada hasil-hasil survei yang menempatkan elektabilitas keduanya hampir sejajar dan kekuatan parpol-parpol pengusung kedua pasangan di parlemen Jatim, menurut Romy, sulit untuk menebak siapa yang bakal keluar sebagai juara. Adu strategi dan pertarungan di lapangan, lanjut dia, bakal menjadi penentu kemenangan. 

Peneliti Surabaya Survei Center (SSC), Surokim Abdussalam, mengatakan, Madura bakal menjadi penentu hasil akhir Pilgub Jatim. Selain, sumbangan suara Madura yang besar, yakni bisa mencapai 12-20% suara, Madura juga rentan dimobilisasi karena faktor politik anut grubyuk dan politik tabik atau patuh pada patron.

“Pemilih Madura sebagian besar masih belum independen karena adanya patron yang kuat, khususnya tokoh agama, tokoh informal, dan tokoh pemerintahan. Pergerakan suara di Madura sangat cair hingga menit-menit akhir,” ujarnya. 

—Rappler.com

Editorial Team