JAKARTA, Indonesia—Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bergegas menuju kediaman Megawati Sukarnoputri di kawasan Teuku Umar, Jakarta Putri, Sabtu siang, 6 Januari 2018. Begitu turun dari mobil, awak media yang telah berkumpul di kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan itu langsung mengerubuti sang Sekjen.
Meskipun kehadirannya ditunggu, Hasto menyempatkan diri meladeni rentetan pertanyaan para juru warta terlebih dahulu. Perkara mundurnya Azwar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dari pencalonan sebagai Wakil Gubernur yang diusung PDI Perjuangan menjadi pertanyaan utama.
Sehari sebelumnya, di kalangan wartawan, beredar pernyataan resmi dari Azwar. Azwar yang seharusnya mendampingi Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Pilgub Jatim menyatakan mundur dari pencalonan karena diterpa isu tak sedap setelah foto-foto syur dirinya dengan seorang perempuan beredar di jagat maya.
Dengan berapi-api, Hasto kala itu menyebut ‘bocornya’ foto-foto tersebut merupakan kampanye hitam yang ditujukan menyudutkan pasangan Gus Ipul-Azwar Anaz yang diusung PDI Perjuangan bersama sejumlah parpol. Hasto pun sempat meneteskan air mata di depan para juru warta. “Beliau (Azwar) orang baik. Dan beliau harus mengundurkan diri dengan cara-cara kejam,” ujar dia.
Ketika itu, elektabilitas pasangan Gus Ipul dan Azwar Anas memang belum ada yang mampu menyaingi. Hingga menjelang akhir 2017, nama pasangan itu selalu muncul teratas di papan survei. Tak heran jika Hasto pun dongkol. “Kami mengutuk orang-orang yang telah melakukan politik kotor seperti ini,” cetusnya.
Namun demikian, citra Azwar kadung tercoreng. Mau tak mau, PDI Perjuangan dan rekan-rekan koalisi harus segera menggantinya. Kurang dari sepekan, PDI Perjuangan mengumumkan Puti Guntur Soekarnoputri sebagai pendamping baru Gus Ipul. Puti sehari-hari berkantor di DPR.
Petaka yang dialami kubu sebelah, jadi berkah bagi pasangan lainnya, yakni Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak. Perlahan tapi pasti, elektabilitasnya terus meroket. Sepekan menjelang pencoblosan, hampir semua lembaga survei 'sepakat' menempatkan pasangan Khofifah-Emil unggul dari pasangan Gus Ipul-Puti.
Meskipun melaju mulus memuncaki papan survei, sebenarnya perjalanan Khofifah-Emil juga tak sepenuhnya sempurna. Pasalnya, sebelum mendampingi Khofifah pada November 2017, Emil ketika itu tercatat sebagai kader PDI Perjuangan. Keputusannya menerima pinangan Khofifah sempat membuat murka kalangan petinggi partai berlambang banteng bermoncong putih itu.
Emil pun ditendang dari partai yang menjadi kenderaan politiknya tatkala menduduki kursi Bupati Trenggalek pada 2016. “Kita saling menghormatilah pilihan masing-masing. Artinya, kalau memang sudah tidak satu arah, kita hargai keputusan tersebut dan berkompetisi dengan sehat," kata Emil ketika itu.
Keputusan untuk menunjuk Emil memang bukan milik Khofifah semata. Pasalnya, nama Emil muncul setelah disaring oleh tim khusus yang terdiri dari sejumlah kyai di Jatim atau yang disebut Tim 9.
Menurut Ketua Tim 9 Salahuddin Wahid (Gus Solah), semangat dan tenaga Emil yang masih muda cocok untuk dikombinasikan dengan Khofifah yang punya pengalaman panjang. "Emil dipilih kyai NU dan Khofifah. Jadi cocok saja dua-duanya," ujar Gus Solah ketika itu.