JAKARTA, Indonesia-Sebagai tim tuan rumah di Piala Dunia 2018, Rusia terbilang cukup sukses menyuguhkan penampilan berkelas. Setidaknya di dua laga perdana, berturut melibas Arab Saudi 5-0 dalam laga perdana dan menekuk Mesir 3-1.
Sayangnya, di laga terakhir Grup D, Sbornaya-julukan tim nasional Rusia, harus ‘bertemu muka dengan realita’. Rusia dipecundangi dengan tiga gol tanpa balas oleh Uruguay, salah satu tim kuat dari Amerika Selatan dan pemegang dua gelar juara Piala Dunia.
Kini, dinding baru menghadang Rusia. Di babak 16 besar, Rusia harus berhadapan dengan raksasa sepak bola Eropa, Spanyol. Pertandingan itu bakal dihelat di Luzhiki Stadium, Rusia, Minggu malam, 1 Juli 2018.
Bagi Spanyol, laga kontra Rusia bisa jadi dianggap laga rutin yang harus dihadapi sebelum bertemu musuh sesungguhnya di babak-babak selanjutnya. Namun demikian, bagi Rusia ini adalah laga hidup mati.
“Kami harus mati-matian di lapangan, bermain denga 200-300 persen kemampuan kami. Hanya dengan begitu, kami punya peluang. Saat ini, pikiran kami hanya terpaku pada bagaimana kami bisa menampilkan permainan terbaik kami,” ujar penyerang Rusia, Artem Dzyuba, seperti dikutip Guardian.
Sentimen serupa dirasakan arsitek Spanyol Stanislav Cherchesov. Ia mengakui bahwa Spanyol di atas angin dalam pertandingan tersebut. Namun demikian, Cherchesov menegaskan anak-anak asuhnya tak akan begitu saja menerima nasib tanpa perlawanan.
Pada 1991, Cherchesov sempat bermain di Spartak Moskow. Ketika itu, Spartak pernah mengalahkan Real Madrid di Liga Champions 3-1. Cherchesov berharap sejarah bakal terulang.
“Kami sudah menyiapkan diri semaksimal mungkin. Besok kami memiliki peluang untuk melahirkan sejarah seperti itu lagi. Seperti lazimnya dikatakan oleh orang Rusia di sini, siapapun bisa menjadi Tuhan (penentu takdir) jika mereka mau berusaha keras,” ujarnya.
Namun demikian, komentar-komentar bernada pesimistis muncul dari publik Rusia sendiri. Salah satunya dari pelatih Yenisey Krasnoyarsk, Dmitri Alenichev. Menurut dia, optimisme yang dibangun Cherchesov dan anak buahnya hanya ilusi semata.
“Sejujurnya, sulit untuk membayangkan bagaimana kita bisa menang menghadapi tim sebesar Spanyol. Hanya jika ada keajaiban terjadi. Tapi, saya tidak percaya akan keajaiban,” ujar Alenichev.
Dari 32 tim yang berlaga di pentas Piala Dunia, Rusia memang merupakan tim dengan ranking FIFA terendah, yakni tercecer di peringkat 70. Tak heran, jika publik Rusia juga pesimistis akan performa tim mereka bahkan sempat mengecap tim RUsia saat ini sebagai tim terburuk sepanjang sejarah.
Namun demikian, mantan kiper tim nasional Spanyol Iker Casillas mengingatkan agar tim Matador tidak lengah dan menganggap enteng Rusia. Apalagi, laga Korea Selatan-Jerman membuktikan bahwa keajaiban bisa terjadi.
Di laga itu, Korsel bisa mencuri kemenangan dari tim Panser. “Di pertandingan semua bisa terjadi. Saya hanya berharap Spanyol bisa bermain dengan baik seperti yang telah ditunjukkan hingga saat ini,” ujar Casillas.
Arsitek ‘dadakan’ timnas Spanyol Fernando Hierro menegaskan, anak buahnya tidak akan menganggap enteng laga itu. Terlebih, catatan sejarah merekam, dari delapan laga melawan Rusia pada Piala Dunia dan Piala Eropa, Spanyol kalah empat kali. Dalam pertemuan keduanya pada pada November tahun lalu, Rusia juga berhasil menaham imbang Spanyol 3-3.
"Kami tahu kami akan melawan tuan rumah dan mereka memiliki dukungan suporter yang hebat. Namun, Maroko dan Iran juga punya banyak suporter di tribun dan kami sendiri punya jutaan fans. Kami berniat memberikan penampilan terbaik kami,” ujar Hierro.