Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Profesor Wiku Adisasmito. Dok. BNPB

Jakarta, IDN Times - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Profesor Wiku Adisasmito mengatakan, mengubah perilaku dari yang sebelumnya, adalah cara untuk beradaptasi menuju new normal atau normal baru menghadapi pandemik virus corona atau COVID-19.

"Caranya, ya berubah berperilaku saja. Karena gak ada pilihan. Karena virus ini sudah begitu menyebarnya dan kita tahu di seluruh dunia," kata dia, dalam webinar Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal), yang digelar Gerakan Alumni UI For NKRI, Rabu (17/6).

1. Prinsip gotong-royong harus diterapkan dalam new normal

Ilustrasi pasien sembuh dari COVID-19. ANTARA FOTO/FB Anggoro/aww.

Menurut Wiku, masyarakat harus betul-betul mengubah perilakunya dalam new normal. Seperti selalu memakai masker, menjaga jarak, bahkan harus sering mencuci tangan. Apalagi, jika setiap warga saling bergotong-royong, proses adaptasi menuju new normal bisa berjalan dengan baik.

"Jadi memang kepemilikan Indonesia itu adalah gotong-royong, dan itulah modal utama yang kita harus bangunkan lagi, yang mungkin selama ini agak luntur dan saya yakin itu ada," kata dia.

2. Kasus positif COVID-19 bisa menurun jika masyarakat mengubah perilaku

Ilustrasi dokter. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Wiku tak memungkiri, kasus positif COVID-19 di tanah air terus bertambah setiap harinya. Dia kembali menekankan, kasus positif akan berkurang jika masyarakat mengubah perilakunya sesuai protokol kesehatan.

"Coba lihat saja, Jakarta dibuka, ternyata sebagian tempat masih saja orangnya berkerumun. Itu kesalahan kita. Kalau itu dikontrol, ya pasti orang yang berharap kasusnya akan naik, gak naik-naik nanti. Karena apa? Kasusnya susah untuk naik karena kita disiplin. Jadi caranya begitu," kata dia.

Wiku menjelaskan, selama masyarakat bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru saat, barulah mereka bisa menjalankan kegiatan sosial ekonominya. Tentunya, sikap disiplin menjalankan protokol kesehatan selalu dilakukan sejak hari ini.

"Kapan virusnya hilang? No one knows. Jadi jangan berharap-harap, ditunggu-tunggu karena kita mau kembali pada kebiasaan lama. Sebaiknya, kita pakai kebiasaan baru, terus mulai aktivitas, jangan tunggu-tunggu," tutur dia.

"Kolektifnya ini gak cuma di Indonesia. Kalau kolektif seluruh dunia berubah, ya mungkin virusnya frustasi juga kan? Akhirnya jadi gak bisa berkembang biak, ya sudah, mati dia. Kalau kita yang gak tahan, kita yang mati nanti," Wiku menambahkan.

3. Kasus positif virus corona di Indonesia kini menjadi 41.431 kasus

Ilustrasi pasien COVID-19. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona atau COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia kini bertambah menjadi 41.431 kasus.

Jumlah tersebut naik karena terhitung sejak 16 Juni 2020 pukul 12.00 WIB hingga 17 Juni 2020 pukul 12.00 WIB, muncul kasus baru sebanyak 1.031 orang. Jawa Timur tercatat sebagai provinsi penyumbang kasus terbanyak hari ini, sebanyak 225 kasus.

"Kasus baru yang kita dapatkan masih didominasi pada lima provinsi yang terbanyak melaporkan kasus konfirmasi positifnya di antaranya yang satu antaranya adalah Jawa Timur hari ini melaporkan ada 225 kasus baru," kata Yurianto dalam keterangan pers yang disiarkan langsung di channel YouTube BNPB Indonesia, Rabu (17/6).

Yurianti juga melaporkan, jumlah pasien positif COVID-19 yang meninggal dunia telah mencapai 2.276 kasus, setelah bertambah sebanyak 45 orang. Dia juga melaporkan pasien yang sembuh dari COVID-19 semakin meningkat, dan kini mencapai 16.243 orang, setelah hari ini bertambah 540 orang.

Editorial Team