Profil Muchdi Pr: Terseret Pembunuhan Munir hingga 'Rebut' Berkarya

Jakarta, IDN Times - Nama Muchdi Purwoprandjono atau lebih dikenal Muchi Pr kembali jadi sorotan, usai gugatan bandingnya terkait kepengurusan Partai Berkarya di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta ditolak.
Momennya bersamaan dengan peringatan 17 tahun kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib. Pada 2008, Muchdi Pr ditahan Bareskrim Mabes Polri karena dituduh sebagai otak pelaku di balik pembunuhan Munir menggunakan racun arsenik.
Tetapi, sejak awal Muchdi membantah terlibat dalam pembunuhan Munir. Sementara, kini ia bergelut dalam dunia politik dan 'berebut' Partai Karya dari kepemimpinan Tommy Soeharto. Tak lama setelah berhasil memimpin Berkarya pada 2020, Muchdi menyatakan Partai Berkarya merupakan salah satu parpol pendukung pemerintahan Joko "Jokowi" Widodo dan Ma'ruf Amin.
Padahal, ketika masih dipimpin Tommy, parpol itu memberikan dukungan pada pasangan capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019. Bagaimana rekam jejak Muchdi Pr di dunia militer hingga akhirnya masuk dunia spionase di Badan Intelijen Negara (BIN)? Mengapa Muchdi memilih memberikan dukungannya pada pemerintahan Jokowi-Ma'ruf? Berikut penelusuran IDN Times.
1. Muchdi Pr lulusan Akademi Militer pada 1970, jabatan terakhir Komandan Jenderal Kopassus
Sebelum terjun ke dunia politik, Muchdi mengabdikan diri sebagai prajurit TNI Angkatan Darat. Ia merupakan lulusan Akademi Militer pada 1970, dan pernah menduduki jabatan strategis seperti Panglima Kodam Tanjungpura di Kalimantan Barat dan Komandan Jenderal Kopassus.
Muchdi mengisi kekosongan jabatan Danjen Kopassus setelah ditinggal Prabowo Subianto yang dipromosikan menjadi Panglima Kostrad pada Maret 1998.
Muchdi boleh jadi lebih senior dibandingkan Prabowo. Tetapi, status Prabowo yang ketika itu masih menjadi menantu Keluarga Cendana turut mendongkrak karier militernya.
Namun, Muchdi menjabat sebagai Danjen Kopassus hanya selama 52 hari. Hal itu lantaran lantangnya Munir yang menyebut adanya keterlibatan anggota Kopassus dalam penculikan 13 aktivis 1998.
Muchdi kemudian diberhentikan dari jabatannya sebagai Danjen Kopassus. Pangkat terakhir yang ia sandang ketika itu adalah Mayor Jenderal.