Jakarta, IDN Times - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) didirikan pada 5 Januari 1973. Partai ini merupakan gabungan dari empat partai berbasis Islam yaitu Partai Nahdhatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Perti.
Mengutip laman resmi PPP, ppp.or.id, tujuan utama PPP dibentuk ialah untuk menyederhanakan sistem kepartaian di Indonesia dalam menghadapi pemilu Orde Baru pada 1973. Awalnya, Soeharto mengusulkan fusi partai-partai yang dibagi menjadi dua kelompok pada 1970. Hanya saja ide Soeharto ini tolak keras Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Idham Chalid. Sebab, NU tidak ingin memfusikan diri dengan partai Islam lainnya.
Bersikukuh berdiri di kaki sendiri, akhirnya dari empat partai Islam yang berdiri sejak Orde Lama tersebut, hanya NU yang memperoleh suara terbanyak, yaitu sebesar 18,6 persen pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1971. Sedangkan Golkar meraih suara sebesar 62,8 persen. Karena itu, Partai NU, PSII, Perti, dan Parmusi resmi bergabung menjadi PPP.
Tokoh dibalik berdirinya PPP yakni KH Idham Chalid, H.Mohammad Syafaat Mintaredja, H. Anwar Tjokroaminoto, H. Rusli Halil, dan H. Mayskur. Sejak didirikan, partai politik (parpol) ini memang menerapkan asas Islam dengan lambang Ka'bah di benderanya.
Namun, partai ini beralih menggunakan asas Pancasila dengan lambang bintang dalam segi lima berdasarkan Muktamar I PPP tahun 1984. Hal itu berdasarkan tekanan politik pada Orde Baru (Orba). Namun, kembali menggunakan lambang Ka'bah usai rezim Orba tumbang.
