Pengamat terorisme Jibriel Abdul Rahman menilai, kecil kemungkinan, bakal ada aksi 'balas dendam' dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) atas vonis pemimpin JAD Aman Abdurrahman. Menurut Jibriel, aksi-aksi terorisme yang digelar JAD umumnya mengatasnamakan Islamic State (IS) dan bukan atas nama Aman.
"Aman sudah lama berada di penjara. Dan selama ini, tidak ada (serangan) yang bentuknya pembelaan atas nama Aman. Di Suriah, yang pro dan kontra juga banyak. Ada faksi-faksi IS di sana dan tidak semua setuju dengan karakter serangan JAD baru-baru ini," ujar Jibriel saat dihubungi Rappler di Jakarta, Jumat, 18 Mei 2018.
Lebih jauh, Jibriel menjelaskan, gencarnya aksi teror yang digelar JAD beberapa hari terakhir cenderung dipicu kerusuhan berdarah di Mako Brimob, Depok, pekan lalu. Kesuksesan para napi teroris menyandera dan membunuh sejumlah personel kepolisian disebut sebagai inspirasi bagi kelompok JAD.
"Di sisi lain, dalam kerusuhan itu, Aman justru menjadi negosiator yang menahan agar tidak terjadi kerusuhan yang lebih parah. Jadi, aneh kalau justru ada upaya pembalasan atas Aman," imbuh mantan napi kasus terorisme itu.
Namun demikian, Jibriel menyarankan, aparat kepolisian tetap waspada menyusul dikeluarkannya tuntutan hukuman mati atas Aman. "Riak-riak itu tetap ada. Meskipun polisi gencar merespons dengan penangkapan, dan para JAD sedang tiarap, bisa saja masih ada yang lolos dan melakukan aksi meskipun bukan atas nama Aman," tegasnya.
—Rappler.com