Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Usman Kansong dalam Sarasehan FJPI: 80 Tahun Prof Bagir Manan, Manan, "Politik Publik Pers di Masa Pandemi" (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Politik Kemenkominfo, Usman Kansong memperoleh gelar doktor Ilmu Komunikasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).

Promotor dalam promosi doktoral Usman Kansong adalah Prof Dr Ilya Revianti Sudjono Sunarwinandi dengan ko-promotor Pinckey Triputra dan Effendi Ghazali.

“Saya menyatakan Usman Kansong lahir pada 13 April 1970 di Jakarta menjadi doktor dalam bidang ilmu komunikasi sehingga saudara (Usman) memperoleh seluruh hak dan kehormatan yang dicakup oleh gelar itu sesuai adat kebiasaan yang berlaku," kata Ilya Revianti dalam sidang promosi dokter di Kampus FISIP Universitas Indonesia, Depok Senin (18/7/2022).

1. Disertasi Usman Kansong: Populisme Islam di Pilkada DKI 2017

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menemui buruh di Kantor Balai Kota DKI Jakarta, Senin (29/11/2021). (dok. Pemprov DKI).

Usman Kansong telah menyelesaikan disertasinya berjudul Mediatisasi Populisme Islam di Pilkada DKI 2017: Pendekatan Strukturasi.

“Secara umum penelitian ini bertujuan menggali bagaimana agensi media memediatisasi populisme Islam sehingga membentuk suatu perubahan sosial,” kata Usman saat menyampaikan pokok-pokok disertasinya.

2. Usman Kansong sebut populisme Islam nyata berlangsung di Pilkada DKI 2017

Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama bersama mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (ANTARA/Hafidz Mubarak A)

Usman Kansong menyebut Proses atau fenomena politik mutakhir ialah populisme. Populisme sendiri ialah politik yang menghadap-hadapkan atau mempertentangkan elite dan rakyat.

“Populisme Islam nyata berlangsung di Pilkada DKI 2017. Dalam aksi unjuk rasa 2 Desember 2016 yang dikenal dengan aksi 212, para aktor populis Islam menhadap-hadapkan, membenturkan, atau mempertentangkan elite kandidat gubernur Tionghoa-nonmuslim dengan umat,” tutur dia.

Dia juga menyinggung pidato pertama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pasca terpilih yang menggunakan diksi ‘pribumi’. Menurutnya, diksi itu bisa diartikan membenturkan, atau mempertentangkan elite eks Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang merupakan Tionghoa nonmuslim dengan umat pribumi-muslim.

“Aksi 212 dan pidato pengukuhan gubernur DKi terpilih yang menyenggol kata ‘pribumi’ diperlakukan sebagai objek atau representasi populisme Islam di Pilkada DKI dalam penelituan ini,” ujar dia.

3. Usman Kansong singgung peran media massa

Dokumentasi-Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (kanan) berjabat tangan dengan calon Gubernur DKI Anies Baswedan (kiri) sebelum melakukan pertemuan di Balai Kota, Jakarta, Kamis (20/4/2017) (Dok. ANTARA News)

Dalam disertasinya tersebut, Usman Kansong juga menyinggung peran media massa dalam menyampaikan pesan-pesan populisme islam.

“Media memberitakan pesan-pesan populis Islam yang diproduksi para aktor populis Islam. Aktor politik menyesuaikan diri dengan kepentingan media ketika menyampaikan pesan populis Islam. Inilah substansi mediatisasi politik,” jelas dia.

 

Editorial Team