Utang yang terus menggunung, tetapi di satu sisi Malaysia harus terus melakukan pembangunan. Maka, PM Mahathir Mohammad pun memutar otak mencari dana tambahan dan melakukan penghematan di waktu yang bersamaan. Gimana caranya? Pertama, Mahathir berencana membatalkan proyek kereta cepat yang menghubungkan Malaysia ke Singapura. Harian Singapura The Straits Times edisi 28 Mei lalu menulis proyek itu akan menelan dana sekitar 110 miliar Ringgit Malaysia.
"Dan proyek itu gak akan memberikan kita pemasukan sedikit pun. Jadi (proyek itu) akan dibatalkan," ujar Mahathir dalam sebuah wawancara dengan harian Financial Times.
Tetapi, prosesnya gak akan berlangsung cepat. Sebab, dalam kesepakatan proyek itu, akan ada penalti yang harus ditanggung oleh Negeri Jiran. Mahathir saat ini sedang mencari tahu bagaimana cara mengurangi biaya tersebut.
Kepada media, pemimpin berusia 92 tahun itu mengaku belum melihat dokumen kesepakatannya secara tertulis. Tetapi, ia diberi tahu kompensasi yang harus dibayar kalau memilih mundur dari proyek mencapai 500 juta.
"Tapi, saya belum tahu pasti apakah itu dalam mata uang Ringgit atau dollar," kata dia.
Cara kedua, dengan meminta pinjaman lunak ke Jepang. Dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Jepang, Mahathir menyampaikan penawaran kepada PM Shinzo Abe agar Jepang bersedia memberikan mereka pinjaman lunak. Kalau pinjaman itu dipenuhi, rencananya akan digunakan untuk membayarkan pinjaman yang harus dikembalikan dengan bunga tinggi.
Dikutip dari laman The Star edisi hari ini, Mahathir mengatakan Jepang pernah memberikan Malaysia pinjaman lunak dengan bunga 0,7 persen ketika dia masih menjabat sebagai PM tahun 1980an lalu.
"Tapi, ketika itu, perekonomian dan keuangan Jepang masih sangat kuat," kata Mahathir.
Sebagai imbalannya, Jepang bisa mendirikan kampus sebagai cabang dari kampus utamanya di Negeri Sakura. PM Abe berjanji akan mempelajari proposal dari Malaysia.