Melihat jumlah TKA di Indonesia, Hanif pun merespons ketakutan masyarakat dengan kehadiran TKA yang dianggap akan menguasai lapangan kerja di Indonesia. Hanif pun menerangkan, apabila ada negara asing yang berinvestasi di Indonesia, pasti akan ada TKA yang masuk. Namun, ia menyampaikan jumlah TKA yang masuk tidak besar dan masih dalam angka rasional.
“Jadi, yang namanya investasi itu pasti ada TKA yang ikut, tapi dalam jumlah yang kecil. Tidak mungkin dalam jumlah yg besar,” ujarnya.
Hanif kemudian memberikan contoh sederhana di hadapan para anggota dewan.
“Misalnya Bu Masrifah investor dari Indonesia, lalu tanam modal di Thailand. Menang tender, dapet proyek pembangunan smelter di Thailand misalnya. Untuk kepentingan itu dibutuhkan 5 ribu tenaga kerja. Pertanyaannya adalah karena Bu Masrifah ini cinta kepada Indonesia, apakah Bu Masrifah akan membawa 5 ribu orang Indonesia ke Thailand?” kata Hanif di depan anggota dewan Komisi IX.
Hanif pun melanjutkan, ”Ini kalau dihitung secara bisnis kan gak mungkin. Kan gak masuk. Karena pasti bangkrut. Tapi kalau misalnya Bu Masrifah tidak membawa sama sekali orang Indonesia itu juga gak logis, karena dia tanam uang di sana, merisikokan uang di sana triliunan yang besar di sana,” lanjut dia.
Ia pun menambahkan, logisnya, jika investor membutuhkan 5 ribu pekerja, maka kemungkinan investor membawa 300 orang pekerja dari negaranya untuk bisa mengontrol dan mengelola uang, sehingga harus membawa orang yang bisa dipercaya.
“Nah kalo butuhnya 5 ribu dan bawa 300, berarti masih ada 4.700 tenaga kerja yang belum terpenuhi. Nah itu diambil dari mana? Nah itu pasti diambil dari tenaga lokal,” kata Hanif menjelaskan.