Jakarta, IDN Times - Menteri Sosial Tri Rismaharini mengikuti rapat dengar pendapat perdana dengan anggota komisi VIII DPR di Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu (13/1/2021). Salah satu isu yang disorot selama rapat yang berdurasi hampir tiga jam itu, yakni terkait pembaruan data penerima bantuan sosial atau yang kerap disebut DTKS.
Sengkarut Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) itu sudah muncul, bahkan sejak Juliari Batubara masih duduk sebagai Mensos. Banyak bansos yang ternyata tidak tepat sasaran.
Berdasarkan data hasil pemadanan DTKS Kemensos dengan data NIK (Nomor Induk Kependudukan) pada Dirjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri per Januari 2020, masih ada 16.796.924 data yang tidak sepadan.
Sementara, data yang disesuaikan Kemensos dengan Kemendagri mencapai 97.204.424. Kemensos bahkan menganggarkan Rp1,3 triliun untuk memperbarui data tersebut.
Perempuan yang akrab disapa Risma itu hadir dengan mengenakan kemeja putih dan jilbab hitam. Suaranya terdengar serak lantaran kurang istirahat. Selain itu, Risma tak membantah wataknya yang kerap ngomel masih terbawa saat ia menjadi Mensos.
Dalam pemaparannya di ruang rapat, Risma mengaku untuk memperbarui DTKS, ia turut menggadeng Kementerian Dalam Negeri. Risma meminta kepada Mendagri Tito Karnavian mengedarkan surat permintaan pembaruan data kepada semua kepala daerah di seluruh Indonesia.
"Saya sudah dua kali mengirimkan surat kepada mereka pada 11 Januari 2021. Yang, pertama, untuk mengecek DTKS yang existing (sudah ada). Kedua, melakukan updating DTKS existing di wilayah masing-masing. Ketiga, memeriksa dan memperbaiki NIK penerima program bantuan sembako dan program bantuan sosial yang berasal dari DKTS dan non-DTKS karena tidak sepada dengan NIK," beber Risma ketika rapat tadi.
Apakah strategi itu dinilai ampuh supaya bansos bisa diberikan tepat sasaran?
