Rappler Jelajah Indonesia 2018: Berkunjung ke Kebun Sayur Cantik di Kaki Merapi

Oleh Ari Susanto
Tahun ini, Rappler Indonesia memulai travel project yang akan menyuguhkan rekomendasi tepat wisata yang tak biasa dan belum banyak dikenal khalayak ramai di seluruh penjuru Nusantara. Kami akan menyuguhkan satu lokasi berbeda setiap bulannya
BOYOLALI, Indonesia —Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta tak hanya mengeluarkan awan piroklastik ‘wedhus gembel’ yang mematikan saat erupsi, tetapi juga memberi penghidupan bagi penduduk di sekelilingnya.
Setiap tahun, jutaan meter kubik pasir ditambang penduduk di lereng selatan dan barat yang merupakan jalur aliran lahar dan material vulkanik. Sementara, abu gunung api yang kerap mengguyur lereng timur dan utara menjadikan daerah tersebut lahan pertanian subur yang menghasilkan sayuran organik, tembakau, dan kopi arabika kualitas premium.
Merapi juga menyimpan pesona wisata seperti kawasan Kaliurang (Sleman), Deles (Klaten), Ketep (Magelang) dan Selo (Boyolali). Jika Kaliurang lebih populer dengan wisata erupsi dan sejarah, maka Selo punya panorama dataran tinggi yang memanjakan mata karena terletak persis di antara gunung Merapi dan Merbabu.
Selain jalur pendakian ke dua gunung, terdapat sejumlah lokasi wisata yang banyak diburu generasi milenial, dari gardu pandang, rumah bambu, hingga air terjun. Baru-baru ini, ada satu lagi wisata kekinian yang belum banyak diketahui orang, yakni Tretes Taman Tani atau Triple T.
Lokasi wisata yang berupa kebun sayur dan bunga seluas lebih dari 3.000 meter persegi ini sebenarnya belum dibuka karena baru selesai dikembangkan sekitar 30%. Meski demikian, tempat ini sudah banyak dikunjungi orang-orang yang ingin berfoto sejak dua bulan lalu.
Masyarakat desa sekitar sangat ramah dan gemar bercerita. Pengunjung bisa belajar tentang budidaya hortikultura serta mendengar kisah tentang pertanian di Selo.
Petani di wilayah itu dikenal dengan keuletannya berkebun sayur di tengah ancaman bencana vulkanik yang bisa datang setiap saat. Dalam dua erupsi besar terakhir tahun 2006 dan 2010, Selo merupakan zona terdampak dan masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) Merapi.
Meskipun bebas dari terjangan awan panas, Selo tak luput dari hujan abu vulkanik yang membuat tanaman rusak dan kering. Semua penduduk dan ternak tetap diwajib mengungsi ke titik-titik evakuasi di bawah.
“Abunya tebal, terkadang campur pasir halus. Kalau menimbun tanaman, daunnya menguning, lalu mati. Enggak ada yang bisa dipanen,” kata Muslih.
Usai erupsi petani tak bisa segera menggarap lahannya karena kandungan abu masih terlalu pekat di permukaan. Untuk siap ditanami kembali, mereka harus menunggu beberapa bulan hingga kondisi tanah menjadi normal kembali setelah tersiram air hujan.
Meski awalnya merusak, abu vulkanik dalam jangka panjang justru membuat tanah lebih subur. Karena itu, rata-rata kebun sayur di Selo sangat produktif sekalipun dibudidayakan tanpa menggunakan pupuk kimia.
Selama masa paceklik pasca erupsi, pendapatan mereka dari ladang nol. Untuk hidup, mereka mengandalkan pada sektor wisata, misalnya menjadi guide atau porter pendakian. Jasa mereka sering dibutuhkan oleh pendaki yang ingin menempuh track terpendek tanpa tersesat, karena umumnya petani di Selo yang terbiasa mencari rumput pakan ternak cukup hapal jalur-jalur alternatif pendakian.
Jasa mereka juga digunakan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencaan Geologi (BPPTKG) sebagai porter untuk mengangkut peralatan teknis monitoring gunung api yang akan dipasang atau mengganti yang rusak pasca erupsi di sekitar puncak Merapi. Sebagian lainnya menyewakan rumahnya untuk penginapan para pendaki dengan tarif sukarela saat basecamp utama penuh.
How to get there
Triple T hanya bisa dijangkau melalui jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB), yang menghubungkan dua kabupaten, Boyolali dan Magelang. Dari arah Boyolali, jalur SSB bisa ditemukan di jalan by pass Solo-Salatiga.
Jalur SSB mengarah lurus dan menanjak. Setelah melewati Cepogo, rute menuju Selo lebih mendaki dan berkelok, namun memberikan pemandangan yang menawan. Triple T mudah ditemukan setelah melewati gapura Kawasan Wisata Selo, yakni tepatnya di jalan masuk persis di depan KUD Selo. Sayangnya, tidak tersedia angkutan umum menuju ke lokasi, sehingga pengunjung mesti membawa kendaraan sendiri.
Itinerary
Selo merupakan daerah penghasil sayuran utama yang setiap hari dipasok ke kota-kota sekitarnya, seperti Solo, Yogyakarta, dan Magelang. Sesuai namanya, Tretes Taman Tani adalah wisata pertanian yang berada di Dusun Tretes, Desa Samiran, Kecamatan Selo, di atas lahan milik pribadi di ketinggian 1.400 mdpl yang dikelola secara komunal oleh masyarakat petani setempat.
Di sini, pengunjung bisa mengamati para petani berbudidaya hortikultura organik, seperti wortel, kembang kol, bawang, selada, brokoli, kubis, dan adas–sayuran khas Selo yang menyerupai daun cemara atau biasa disebut "rambut buto". Setiap jenis tanaman dikelompokkan dalam petak-petak yang berbeda, yang tampak seperti dalam game populer My Farm Life.
Pengunjung bisa membeli sayuran saat panen dan pada saat akhir pekan. Selain sayuran organik ini lebih segar, harganya juga lebih murah dari pasar dan supermarket. Apalagi jika panen sedang melimpah, harga sayur jatuh. Brokoli yang biasanya Rp 12.000 per kilo bisa anjlok hanya Rp 3.000 per kilo meskipun fluktuasi harga ini tidak banyak berpengaruh di pasar-pasar kota.
Kebun ini juga dilengkapi dengan saung bambu yang bisa digunakan untuk istirahat menikmati kesunyian dan kesejukan sembari menyantap kudapan, kantin sederhana, dan musala. Beberapa areal yang sedang ditambahkan adalah camping ground di bagian bawah, playground dan beberapa spot foto buatan.
"Sebenarnya ini belum selesai, tetapi sudah ada pengunjung, jadi terpaksa dibuka. Sabtu-Minggu biasanya sampai ratusan orang. Kami nggak bisa menolak, akhirnya dibuka dulu dan dikembangkan sambil jalan,” kata Muslih, petani yang juga salah satu pengelola Triple T.
Rekomendasi aktivitas liburan
Karena kawasan Selo punya banyak tempat wisata, pengunjung yang ke Triple T bisa mengunjungi spot lain disekitarnya yang juga menarik untuk berfoto, seperti pos pendakian New Selo dan jembatan Selo. Panorama jembatan gantung–sebagai pengganti jembatan lama yang hancur diterjang lahar dingin–yang berlokasi di Desa Jrakah ini cukup indah karena langsung berlatar puncak Merapi.
Rekomendasi kuliner
Bagi yang menggemari kopi, sempatkan mencicipi Kopi Lencoh yang dijual di sekitar basecamp pendakian Merapi di Desa Lencoh. Kopi jenis arabika liar–yang umumnya digunakan sebagai tanaman pagar di ladang sayur–ini punya rasa yang khas perpaduan rasa manis, gurih kacang, dan sedikit asam dengan aroma buah.
Kopi premium yang banyak dipasok ke sejumlah kedai kopi di Yogyakarta dan Solo ini juga dijual dalam bentuk biji utuh green bean dan roasted bean (belum digiling). Meski pamornya belum setenar Aceh Gayo, Sumatera Mandheling, Flores Bajawa, atau Toraja Kalosi, kopi Lencoh banyak dicari para pendaki asing sebagai oleh-oleh.
Spot foto favorit
Sebenarnya bukan hanya sayuran yang menjadikan wisata ini menarik dikunjungi, melainkan spot foto yang cantik. Kebun sayur ini bukan sekadar ladang kering, tetapi lebih menyerupai taman pekarangan yang sengaja ditata apik. Pematang tanah, misalnya, diganti dengan paving semen yang pada bagian tepinya dihiasi dengan aneka bunga berwarna cerah, seperti anyelir dan bunga matahari.
Bonusnya, pengunjung bisa mendapatkan panorama Merapi di depan dan Merbabu di belakang. Jika cuaca cerah dan tak berkabut, puncak Merapi bisa terlihat cukup dekat karena hanya berjarak kurang dari lima kilometer.
Rencana awalnya, kebun sayur itu akan dibuat untuk agrowisata edukasi bagi siapa saja yang ingin mengenal pertanian hortikultura organik, seperti anak-anak sekolah. Tetapi, para pengelola yang kebanyakan juga petani muda di desa ini menginginkan agar kebun sayur tak hanya berupa ladang tani biasa, tetapi harus tampak seperti taman yang kekinian. Akhirnya, mereka memutuskan membuat kebun sayur yang Instagrammable.
Kebanyakan pengunjung saat ini adalah remaja dan anak muda yang berkunjung untuk berfoto dan diunggah di akun media sosial. Mereka tertarik mengunjungi karena melihat dari foto-foto Triple T di internet.
"Lihat foto teman di Instagram, kok bagus. Janjian sama teman-teman sepulang sekolah mampir ke sini, hanya foto-foto saja. Sayangnya, cuacanya sedang berkabut, gunungnya kurang kelihatan," kata Eka, salah satu pengunjung dari Boyolali.
—Rappler.com