Ilustrasi peretas (IDN Times/Arief Rahmat)
Ravio memulai cerita ketika mendapati ponselnya diretas pihak yang tidak bertanggung jawab. WhatsApp Ravio sempat mengirimkan pesan provokasi kepada kontaknya. Ravio merasa dijebak kala itu dan mencoba melaporkan kejadian ini kepada rekannya di SAFE Net.
“Jadi khawatir ada ancaman terhadap keamanan saya. Karena ada perasaan kayak gitu kita memutuskan mungkin Ravio harus mengungsi,” kata Ravio.
Setelah diminta mengevakuasi diri, Ravio mengaku disergap sejumlah lelaki tak berseragam yang mengaku aparat di Jalan Blora, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam situasi ini, dia mulai berpikir seluruh rangkaian kejadian hari itu, dimulai sejak peretasan, saling berkaitan satu sama lain.
“Saya dipaksa buka masker, dipaksa buka kaca mata, saya nolak. Ini jadi polemik karena dari kepolisian di konferensi pers seakan-akan saya itu mencoba kabur, melawan aparat,” ucap Ravio. “Padahal ketika ditangkap itu, buat saya sebenarnya gak ditangkap ya, saya ngerasa saya diculik. Malam itu gak satu pun memberikan identitas,” lanjut dia.
Tak mau sembarang dibawa oleh pihak yang dirasa tidak jelas identitas, asal dan tujuannya, Ravio tak memungkiri dirinya sempat melakukan perlawanan. Ravio terus bersikeras menolak dibawa hingga surat tugas ditunjukkan kepadanya.
“Cuma, akhirnya ngikut pas ada salah satu polisi yang mengeluarkan senjata api. Dia gak nodong, cuman dia nunjukin, disuruh diam,” kata Ravio “Akhirnya saya kayak, oh ya udah, diam deh,” lanjut dia.
Ravio baru benar-benar yakin kelompok yang menyergapnya merupakan polisi setibanya di Polda Metro Jaya. Kelompok itu diketahui Ravio berasal dari unit Kejahatan dan Kekerasan. “Saya agak bingung juga nih, saya melakukan apa sampai ditangkap sama unit kejahatan dan kekerasan,” kata dia.
Menempuh perjalanan selama kurang dari 10 menit dari Jalan Blora hingga ke Polda, Ravio mengaku ponselnya diminta. Tak hanya itu, barang elektronik lainnya seperti laptop juga diamankan. Ravio juga bercerita sempat dimintai kata sandi dan akses untuk dapat membuka perangkat elektroniknya.
“Cuma kondisinya ini saya sendirian, ini ada puluhan polisi nih. Di dalam mobil saya kayak ditaro di pojok paling belakang. Situasinya panas. Saya jadi gak banyak pilihan juga. Akhirnya terpaksa saya kasih,” kata Ravio.