Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi duduk di samping Sekjen PBB Antonio Guterres ketika membuka sidang DK PBB) (Dok. Kementerian Luar Negeri)
Menlu perempuan Indonesia itu juga mengatakan ia bertemu dengan Menlu India dan membahas mengenai situasi COVID di masing-masing negara. Retno mengatakan mereka juga memiliki concern yang sama tentang diskriminasi dan politisasi vaksin yang masih terus terjadi sampai saat ini.
“Selain isu COVID dan vaksin, kita juga melakukan tukar pandangan mengenai perkembangan di Afghanistan,” ujarnya.
Pertemuan selanjutnya atau keempat yang dihadiri Retno yakni dengan Menlu Arab Saudi. Dalam kesempatan ini Retno menyampaikan mengenai data situasi COVID di Indonesia yang sudah sangat menurun dan mengharapkan kiranya data-data tersebut digunakan oleh otoritas Arab Saudi di dalam meninjau kembali kebijakan terkait vaksin, umrah dan lain-lain.
“Pada saat berbicara mengenai vaksin, kembali saya menekankan mengenai pentingnya EUL WHO dijadikan rujukan dalam pengambilan kebijakan terkait vaksin. Dalam pertemuan, kita juga membahas perkembangan di Afghanistan dan akan melanjutkan koordinasi dengan OKI dalam menyikapi perkembangan di Afghanistan,” katanya.
Kemudian, Retno juga mengadakan pertemuan dengan Menlu Slovenia. Pada saat pertemuan, Retno sampaikan selamat kepada Slovenia yang saat ini memegang presidensi di Uni Eropa.
Menurut Retno, Slovenia sangat menganggap penting peran Indonesia di kawasan dan ingin memperkuat kerja sama dengan Indonesia, termasuk di bidang ekonomi. Retno juga menyebut bahwa keinginan untuk meningkatkan hubungan dengan Indonesia ini juga tercermin dalam komunikasi per surat yang dilakukan oleh PM Slovenia kepada Presiden Republik Indonesia beberapa saat yang lalu.
“Pertemuan keenam yang saya lakukan hari ini adalah saya diundang oleh Asia Society untuk berbicara di depan Asia Society secara virtual,” ujar Retno.
Ia menjelaskan bahwa di dalam pertemuan dengan Asia Society ia menyampaikan dua isu utama, yaitu upaya global dalam mengatasi COVID-19 dan upaya kita semua dalam menjaga stabilitas dan perdamaian dunia.
Terkait dengan isu pertama yakni kerja sama untuk upaya mengatasi COVID, Retno kembali menekankan mengenai pentingnya mempersempit kesenjangan akses terhadap vaksin dan menghindari diskriminasi dan politisasi vaksin.
“Kemudian terkait isu yang kedua, yaitu perdamaian dan stabilitas dunia, saya menyampaikan antara lain bahwa jangan sampai pandemi menjadikan perhatian kita menjauh dari upaya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas,” katanya. “Perdamaian dan stabilitas justru merupakan enabler bagi terciptanya kerja sama yang baik untuk mengatasi COVID-19 dan kerja sama dalam konteks pemulihan ekonomi.”