Jakarta, IDN Times - Survei Nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil analisis terbaru Desember 2018 tentang pertarungan Joko "Jokowi" Widodo vs Prabowo Subianto setelah aksi Reuni 212 yang berlangsung 2 Desember 2018. Lalu bagaimanakah efek elektoral dari Reuni 212?
Reuni Akbar Alumni 212 merupakan kegiatan silaturahmi bagi para tokoh maupun masyarakat yang terlibat dalam aksi 2 Desember 2016 silam, saat ratusan ribu orang tumpah ruah ke jalan menuntut penegakan hukum kepada Basuki Tjahja Purnama yang kala itu menjabat Gubernur DKI Jakarta atas kasus penistaan agama.
Secara umum, pengaruh Reuni 212 dapat diukur dengan membandingkan elektabilitas kedua capres sebelum dan sesudah Reuni 212.
Sebelum Reuni 212, survei LSI Denny JA pada November 2018 menunjukan bahwa elektabilitas Jokowi-Maruf sebesar 53,2 persen, sementara elektabilitas Prabowo-Sandi sebesar 31,2 persen. Pasca Reuni 212, elektabilitas kedua capres tidak banyak berubah dan cenderung stagnan.
"Survei LSI Denny JA Desember 2018 menunjukan bahwa elektabilitas Jokowi-Maruf sebesar 54,2 persen sementara elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno sebesar 30,6 persen,” kata peneliti tim Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, Adjie Alfaraby Di Gedung Graha Dua Rajawali, Rawamangun, Rabu (19/12).
LSI Denny JA menemukan bahwa ada 5 alasan, mengapa Reuni 212 tidak punya efek elektoral yang signifikan. Lalu apa saja?