Menlu Retno Marsudi (Dokumentasi Kemenlu)
Penny menjelaskan ada sejumlah hal yang akan dinilai dalam proses due diligence. Pertama yaitu menilai apakah industri farmasi Indonesia mampu untuk menjalankan fungsinya.
“Itu yang pertama. Yang kedua tentu ada pendekatan-pendekatan yang harus kita lakukan antara lain kita harus sampaikan bahwa kalau saingan kita India dan Korea Selatan, mereka itu sudah cukup maju di bidang ini dan seterusnya. Tentu perhatian dari WHO dan masyarakat internasional lainnya harus diberikan kepada negara-negara yang perlu peningkatan kapasitas untuk peningkatan isu tersebut,” jelasnya.
“Jadi ada lah negosiasi-negosiasi seperti hal-hal yang saya sampaikan tadi,” tambah Penny.
Selain itu, Penny menyebut hal lain yang juga akan dinilai adalah pencapaian-pencapaian Indonesia selama ini. Termasuk, partisipasi Menlu Retno Marsudi sebagai Co-Chair COVAX-AMC EG.
“Itu menjadi satu hitungan juga. Jadi bagaimana Indonesia senantiasa aktif memperjuangkan kepentingan negara berkembang dalam hal ini. Itu akan menjadi poin untuk Indonesia,” katanya.
Ia menambahkan penanganan COVID-19 di Indonesia juga akan dinilai oleh WHO. Seperti kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah secara keseluruhan dalam penanganan pandemik.
“Itu juga akan menjadi rujukan bagaimana kira-kira Indonesia sekiranya menjadi hub. Akan seperti apa nih policy-nya? Apakah akan baik? Menguntungkan bagi negara-negara partisipan? Dan seterusnya,” jelas Penny.
“Jadi intinya banyak poin, banyak nilai, banyak kebijakan yang akan dinilai untuk berkontribusi kepada keberhasilan Indonesia ditunjuk menjadi hub dari WHO," ucapnya.