Nama Ridwan Kamil seringkali berseliweran karena disebut sebagai salah satu wali kota terbaik di Indonesia. Ia digadang-gadang menjadi pejabat muda potensial Indonesia yang mengedepankan inovasi di bidang tata kota. Selain menjabat sebagai orang nomor satu di Bandung, Ridwan bersama rekan-rekannya mendirikan firma desain dan arsitektur yang di antaranya menangani proyek Museum Tsunami Aceh dan Marina Bay Waterfront di Singapura.
Di bawah kepemimpinannya, Bandung dipuji sebagai smart city oleh sejumlah pengamat dan media asing. Techinasia.com menyebut Bandung sebagai Silicon Valley-nya Indonesia dengan start-up seperti Agate Studio, Digital Happiness dan Tinker Games. Sejumlah taman juga dibangun oleh Ridwan Kamil untuk mewujudkan apa yang ia sebut sebagai "kota pintar yang bahagia dan dicintai".
Meski demikian, ia bukannya tak pernah mendapat kritikan. Misalnya, pada 20 Agustus 2016 lalu ketika Komunitas Perpustakaan Jalanan sedang membuka perpustakaan gratis di Taman Cikapayang, Dago, kemudian dibubarkan oleh Kodam III Siliwangi. Ridwan juga dikritik atas responnya yang terlalu lama saat sebuah kebaktian Natal di Sabuga pada 6 Desember 2016 dibubarkan paksa oleh ormas Pembela Ahlus Sunnah (PAS).