Bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil (IDN Times/Sonya Michaella)
Pria yang akrab dipanggil Kang Emil itu mengaku, pada sekitar 12 sampai 15 tahun yang lalu sebelum jadi pejabat publik, memang aktif bermain media sosial.
"Sebagaimana nature-nya platform tersebut, saya berekspresi secara bebas. Kadang penuh kritik pedas, kadang nyindir, sering juga nyinyir. Sering saya katakan di mana-mana, dulu saya adalah netizen yang marah—bahkan julid," ucap Ridwan Kamil dalam keterangannya.
Ridwan Kamil mengatakan, saat dirinya menjadi pejabat publik, dari wali kota sampai gubernur, ia pun mendapat giliran dikritik, disindir, dinyinyiri di media sosial.
"Saya sering melihat diri saya yang dulu, netizen yang marah tadi. Bikin saya tersenyum dan sadar," ujar dia.
Menurut Kang Emil, setiap orang akan melewati fase-fase jadi tukang protes, anak muda yang rebel, penuh kritik, dan sinisme. Tapi semua orang juga berproses, harus menjadi lebih bijaksana, dan tahu diri.
"Bagaimana pun, untuk twit-twit saya yang lama, saya akui dulu saya kurang bijak dan mungkin kurang literasi—bahkan kurang sopan. Saya mohon maaf jika ada pihak-pihak yang tersakiti, terkritik, tersindir, atau terhina dengan cara saya berekspresi. Semoga saya bisa lebih baik lagi ke depan. (Pada) 2017-2018, saya pernah meminta maaf tentang hal-hal ini. Saya banyak belajar," tuturnya.
"Saya tidak membela diri atau berusaha membenarkan. Itu memang saya yang dulu, saya yang kurang bijak," sambung Kang Emil.