instagram.com/usakti_official
Lasmiati adalah ibu dari Heri Hartanto, seorang mahasiswa Trisakti yang ikut melakukan aksi demonstrasi pada 1998. Aksi Reformasi berdarah itu menewaskan si bungsu yang kala itu berpamitan kuliah.
Hingga kini, Lasmiati mengaku tak pernah melupakan sedikit pun momen yang terjadi pada 24 tahun lalu. Peristiwa itu tak pernah pudar dalam ingatannya meski usianya menua.
“Dia anak lelaki saya satu-satunya, kalau pulang kuliah selalu nyari saya, kalau gak ketemu saya pasti nyariin, ngobrol,” ujar perempuan berusia 70 tahunan itu.
Dengan mata berkaca-kaca, Lasmiati kembali mengenang momen pasca-penembakan mahasiswa pada 1998. Semula, dia mendapat panggilan telepon yang mengatakan anaknya sedang berada di rumah sakit.
Tidak pernah terpikirkan oleh Lasmiati bahwa Heri, anaknya, menjadi korban serangan brutal aparat keamanan kala itu. Dia mengira Heri masuk rumah sakit karena kecelakaan atau sakit karena kurang istirahat.
Kala itu, selepas magrib, Lasmiati segera mengunjungi RS Sumber Waras di Jakarta Barat. Rasa khawatir segera menyelimuti Lasmiati ketika melihat lautan mahasiswa terluka di rumah sakit.
“Saya dituntun ke UGD. Tapi di UGD kok gak ada. Saya dituntun lagi ke bagian belakang. Ternyata saya diajak ke kamar mayat,” ujar dia.
Tubuh Lasmiati lemas ketika mengetahui Heri sudah terbujur kaku di kamar jenazah.
“Begitu saya lihat itu darahnya tuh masih mengucur dari badan dia ke tanah, terus saya kaget kok bisa kenapa terjadi kayak gini? Saya pikir kenapa? Saya nangis terus sampai gak habis pikir,” kenang dia.