Dalam acara Malam Munajat 212 kemarin malam, Rizieq turut menyoroti betapa era pemerintahan saat ini malah memberikan keringanan hukuman kepada para koruptor dan pencuri uang negara. Mereka diberikan masa pemotongan tahanan yang banyak.
"Sedangkan, seorang ustadz yang tua renta walau sudah waktunya bebas, tetap tak dilepas dari penjara. Inikah penegakan hukum suka-suka. Nastagfirullaah?," tanya Rizieq dari Saudi.
Rizieq juga menyoroti fenomena ketidakadilan dalam kampanye yang dilakukan oleh kepala daerah. Apabila kepala daerah itu mendukungan capres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, malah langsung diperiksa oleh Bawaslu.
"Namun, saat puluhan gubernur, bupati dan walikota acungkan jari 01 dukung penguasa, mereka semua bungkam seribu bahasa. Kezaliman tampak sangat kasat mata. Inikah penegakan hukum suka-suka?," kata Rizieq lagi.
Hal lain yang disebut Rizieq yakni calon pemilih yang memiliki gangguan kejiwaan malah diizinkan oleh Ketua KPU untuk mengikuti pemilu dan mempunyai hak pilih yang sama.
"Transaksi dan kesaksian orang gila tidak sah. Bahkan, pidana berat pun tidak berlaku bagi orang gila. Namun, demi kepentingan penguasa, suara orang gila pun dianggap sah. Inilah anomali politik paling brutal di dunia. Hukum digerus untuk syahwat penguasa," tutur dia.
Melihat begitu banyaknya ketidakadilan, Rizieq mengaku siap melawan kezaliman yang ada. Bahkan, ia mengaku siap untuk menumbangkan rezim durjana.
"Kami siap tenggelamkan rezim durhaka. Kami siap lenyapkan rezim pendusta, rezim pendukung penista agama. Namun, tanpa izin-Mu kami tidak kuasa, tanpa ridho-Mu kami tak bisa," kata dia.
Ia melanjutkan apabila rezim angkara murka terus berkuasa, maka agama Islam akan terus dinoda. Sementara, ulama dan pembela umat Islam akan terus dihina.
Ketika Rizieq membacakan doa tersebut dari Saudi, massa yang memenuhi area Monas tampak mengikuti dengan khusyuk. Usai pembacaan doa dari Rizieq, massa pun memutuskan untuk bubar.