Pengamat Politik, Rocky Gerung. (IDN Times/Larasati Rey)
Tak hanya itu, Rocky Gerung juga menyoroti kegagalan sektor formal yang menurutnya tidak tumbuh selama pemerintahan Jokowi. Menurut dia, negara tidak perlu kepala negara, karena yang justru tumbuh sektor nonformal.
"Jadi buat apa ada kepala negara kalau setiap warga bisa produksi untuk dirinya sendiri, bisa tuker tambah dengan tetangganya sendiri, kan gak ada urusan dengan negara," ujar dia, dalam wawancara bersama jurnalis senior Hersubeno Arief itu.
"SBY itu meninggalkan pertumbuhan ekonomi 6,1 persen, Jokowi tinggal 4 persen, 2 persen itu kemana? Itu artinya Jokowi gagal mempertahankan 2 persen pertumbuhan ekonomi," ujar Rocky Gerung.
Sementara, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi masa pemerintahan Jokowi tertinggi menyentuh 5,31 persen pada 2022. Pada masa awal pemerintahan periode pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2015 tumbuh 4,71 Persen.
Kemudian perlahan naik 4,73 persen pada triwulan III-2015, atau meningkat dibanding triwulan II-2015. Pada triwulan IV-2017 tumbuh lagi menjadi 5,19 Persen.
Lalu pada periode pemerintahan kedua Jokowi, pertumbuhan ekonomi merangkak naik pada triwulan IV 2021, yakni 5,02 persen (year on year). Kemudian naik perlahan pada triwulan IV-2023 menjadi 5,04 persen (y-on-y).
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pertumbuhan ekonomi 5,31 persen pada 2022 merupakan yang tertinggi selama masa pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo.
"Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari angka pre-COVID yaitu yang rata-rata sebesar 5 persen sebelum pandemik, dan ini merupakan angka yang tertinggi sejak masa pemerintahan Bapak Presiden Joko Widodo," kata Airlangga dalam konferensi pers virtual, Senin, 6 Februari 2023.
Pada triwulan I 2024, ekonomi Indonesia mennurun, hanya mampu tumbuh sebesar 5,1 persen (yoy). Perkembangan terbaru, Jumat, 2 Agustus 2024, Menteri Keuangan Sri Mulyani, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 5 persen pada kuartal kedua.
Menkeu menyebut perlambatan pertumbuhan ekonomi salah satunya akibat perkembangan geopolitik yang berdampak pada perekonomian dalam negeri.